
Indonesia Serahkan Pengelolaan Data Pribadi ke AS, Dinilai Langgar Konstitusi
Kesepakatan transfer data pribadi dari Indonesia ke Amerika Serikat menuai polemik. Pemerintah dinilai telah 'menjual' data pribadi tanpa hak.
13 artikel ditemukan
Kesepakatan transfer data pribadi dari Indonesia ke Amerika Serikat menuai polemik. Pemerintah dinilai telah 'menjual' data pribadi tanpa hak.
Presiden Prabowo Subianto menyebut kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat merupakan yang terbaik. Anehnya, Apindo menilai penurunan tarif menjadi 19% membuka peluang ekspor, meski sebelumnya tarif dasar yang berlaku adalah 10%. Kedaulatan Indonesia tergadaikan.
Pelapor Khusus PBB tentang Gaza Francesca Albanese merilis laporan daftar perusahaan yang mendukung genosida Israel di Gaza, menggambarkan bagaimana mereka beroleh laba dari situ. BlackRock, perusahaan raksasa investasi yang menjajaki kerjasama dengan Danantara, masuk di dalamnya.
Musisi asal Inggris sekaligus aktivis pro-Palestina, Lowkey, mengecam negara-negara muslim yang terlibat mendukung Israel. Nama Indonesia juga disebut. Indonesia disebut menjalin kerja sama dengan perusahaan intelijen Israel terkait teknologi penyadapan.
Renminbi berpeluang menjadi mata uang utama dunia meski China tak beralih menjadi rezim devisa bebas dan nilai tukar mengambang.
Diplomasi yang menyapa dengan senyum, tapi pulang tanpa sepatu.
Trump tak menghendaki China menggunakan banyak negara sebagai “proxy” ekspornya ke AS.
Pemerintah tidak melakukan retaliasi atas tarif Trump. Sebaliknya memilih menghapus kuota impor dan dan merelaksasi syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Industri lokal terancam oleh banjir impor. Ucapan dan kebijakan Prabowo dinilai kontradiktf.
Dalam daftar yang dirilis pemerintah AS, produk ekspor Indonesia ke AS dikenai tarif 32%.
Efisiensi ala Vietnam berbeda. Mereka pilih memangkas jumlah kementerian menjadi 22 kementerian.
Panama mengenakan "tarif selangit" untuk AS. Trump menuding ada pengaruh China di jalur perairan tersebut.
Trudeau menjadi contoh politisi liberal yang tergusur, di tengah geopolitik yang kian tak mengenal tatanan.