Defisit neraca dagang AS dan Indonesia hanya 1,49% dari total defisit dagang AS. Oleh karena itu, pemberlakuan tarif impor yang begitu tinggi kepada Indonesia menimbulkan tanda tanya besar. Patut dicurigai bahwa Trump memakai kebijakan perdagangan sebagai alat untuk menekan Indonesia.
Ketika perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China memanas, Indonesia justru mengambil posisi strategis sebagai mitra dagang terbuka bagi keduanya. Yang menarik, sikap Indonesia terhadap tarif dagang AS dan China menunjukkan pendekatan yang berbeda, namun tetap pragmatis.
Perang dagang AS-China jadi pengingat bahwa kekuatan ekonomi suatu negara harus bertumpu pada kekuatan internal negara tersebut.
Pemerintah tidak melakukan retaliasi atas tarif Trump. Sebaliknya memilih menghapus kuota impor dan dan merelaksasi syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Industri lokal terancam oleh banjir impor. Ucapan dan kebijakan Prabowo dinilai kontradiktf.
China memproteksi rakyatnya dengan langkah tegas, kita malah memproteksi jalur impor.
Pemerintah harus menstimulus ekonomi di saat perang tarif, dengan mengalihkan dana MBG.