Jakarta, TheStanceID - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi mengumumkan struktur kepengurusan lengkapnya. Lagi-lagi posturnya gemuk, banyak tokoh impor, beberapa di antaranya kontroversial.

Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara, Rosan Roeslani mengumumkan anggota pengurus yang terdiri dari bankir, ekonom, hingga mantan Presiden di Jakarta, pada Senin (24/03/2025).

Susunan lengkap pengurus Danantara itu terbagi menjadi beberapa bagian. Gemuk seperti postur kabinet Merah Putih.

Ada Dewan Pengawas di mana Menteri BUMN Erick Thohir, mantan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad, sampai para menteri koordinator Kabinet Merah Putih masuk di dalamnya.

Lalu, ada Dewan Pengarah Danantara yang ditempati Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Danantara Diketahui Jadi Superbody, Seruan Hindari Bank BUMN Mencuat

Masih kurang, ada Dewan Penasihat yang berisi lima "tokoh impor."

Ada Ray Dalio (Founder & CIO Mentor, Bridgewater Associates (1975–sekarang), Helman Sitohang (CEO Asia Pasifik, Credit Suisse (2015–2021), Jeffrey Sachs (Direktur, Center for Sustainable Development, Columbia University, AS (2016–sekarang), F. Chapman Taylor (Equity Portfolio Manager, Capital Group (1994–sekarang), dan Thaksin Shinawatra (Mantan PM Thailand).

"Dia (Ray Dalio) adalah investor paling berhasil di dunia, beliau juga penasihat makroekonomi di banyak negara," ujar Rosan dalam Konferensi Pers Danantara di Financial Hall Jakarta.

Komite Pengawasan dan Akuntabilitas diisi Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ketua Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), dan Jaksa Agung.

Total, setidaknya ada 15 pejabat non-teknis--yang tugasnya mengawasi, memberi nasihat, dan memberi arahan--di Danantara. Angka ini masih bisa bertambah karena masih menteri Kabinet Merah Putih yang bakal "ditunjuk Presiden Prabowo Subianto."

Bukan Titipan

Lalu di jajaran teknis, selain Rosan yang menduduki kursi sebagai Chiec Executive Officer (CEO), ada Chief Operating Officer (COO) Donny Oskaria dan Chief Investment Officer (CIO) Pandu Syahrir.

Membantu mereka, ada lima direktur pelaksana (managing director), yakni Reza Yamora Siregar, Robertus Bilitea Managing, Lieng Seng Wee, Ali Setiawan, Mohamad Al Arief, Rohan Hafas, Ahmad Hidayat, Sanjay Bhawarni, dan Ivy Santoso.

Rosan menyebut semua pengurus Danantara adalah orang-orang pilihan yang telah diseleksi. "Mereka adalah tim yang menurut kami telah melalui seleksi ketat kami dibantu head hunter dari dalam dan luar negeri," kata Rosan.

"Dari nama yang kami berikan pada presiden berikut CV-nya tidak ada satupun yang ditolak oleh beliau," tambahnya.

Dia menegaskan tidak ada orang titipan dalam daftar pengurus lembaga tersebut. "Arahan Bapak Presiden sudah jelas, tidak ada titipan nama. Jadi itu pegangan kami, dan kita berpegang pada itu."

Selain itu, Rosan memastikan pengurus yang terpilih tak bakal rangkap jabatan karena akan meninggalkan jabatan lama mereka.

Dia memberi contohkan Managing Director Human Resources Sanjay Bharwani yang saat ini menjadi CEO Bester & Co. “Beliau akan full bersama kami. Karena di kami tidak boleh ada yang merangkap jabatan di level di bawah kami.”

Dia menambahkan, struktur kepengurusan masih dapat berkembang seiring berjalannya waktu ke depan. "Kami akan terus meng-update nama-nama baru yang menjadi bagian dari Danantara," ujarnya.

Respons Pengusaha

Shinta W Kamdani - Apindo

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengeklaim dunia usaha percaya penunjukan figur tersebut telah mempertimbangkan aspek pengalaman, rekam jejak, dan kompetensi di bidang usaha, investasi, maupun pengelolaan aset.

“Dunia usaha berharap tim ini dapat bekerja secara profesional, menjunjung prinsip transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik,” kata Shinta dalam keterangannya, Senin (24/3/2025).

Shinta juga menilai tim BPI Danantara juga mampu menerjemahkan visi dan misi badan ke dalam strategi dan kebijakan yang kongkret dan berdampak bagi perekonomian nasional.

Menurutnya, agar potensi tersebut dapat diwujudkan, dunia usaha mendorong adanya platform komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan antara BPI Danantara dan sektor swasta.

Hal ini penting agar arah investasi dan kebijakan yang diambil senantiasa sejalan dengan kebutuhan pertumbuhan industri, serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan penciptaan lapangan kerja.

“Kami juga berharap BPI Danantara tidak hanya menjadi entitas pengelola aset, tetapi berperan aktif sebagai enabler dalam memperkuat industri nasional, mendorong inovasi teknologi, serta mengakselerasi transformasi ekonomi menuju hilirisasi dan peningkatan nilai tambah,” ujarnya.

Rentan Konflik Kepentingan

Pengamat BUMN cum Peneliti NEXT Indonesia Herry Gunawan menilai masuknya SBY dan 7 Jokowi tak memberikan jaminan akan membuat Danantara profesional karena risiko mismanajemen dan korupsi tetap terbuka lebar.

Ia mencontohkan bagaimana selama ini perusahaan pelat merah kerap menghadapi masalah hukum. Padahal, komisarisnya diisi petinggi Kejaksaan Agung (Kejagung), Polri, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga mantan hakim.

Menurutnya, selalu ada celah bagi lembaga baru tersebut untuk "bobol" jika tak diurus dengan benar. "Yang penting adalah niat baik dan implementasi pengawasannya. Kalau cuma duduk manis menikmati kursi dan gaji, ya siap-siap bobol juga."

Herry juga memberikan catatan kritis terhadap sejumlah nama pengurus baru Danantara, mulai dari faktor kolega hingga potensi konflik kepentingan jika para sosok terseebut masih terafiliasi dengan tempat lama.

Ia secara spesifik menyoroti Managing Director Finance di Holding Investasi Djamal Attamimi. Dia adalah Komisaris PT TBS Energi Utama Tbk, emiten berkode TOBA milik Luhut Binsar Panjaitan, di mana Pandu berkarier sebagai Wakil Direktur Utama.

Selain itu, Djamal merupakan Managing Partner & CEO Lynx Asia Partners. Perusahaan berbasis di Singapura itu juga merupakan pengelola dana investasi.

Baca juga: Danantara Diluncurkan, Bursa Saham Jatuh; Investor Masih Ragu?

Nama lain adalah Ray Dalio selaku pendiri Bridgewater Associates dan Dewan Penasihat Chapman Taylor yang bekerja di Capital Group. Keduanya adalah pengelola dana investasi di tempat lain, sehingga ada potensi benturan kepentingan.

"Tugas mereka, terutama menjadi penasihat investasi bagi klien di sana. Sementara Danantara, dalam aksi korporasinya kelak akan menerbitkan instrumen investasi. Karena itu, peluang benturan kepentingan di sini akan sangat besar," ungkapnya.

Selain itu, ada Managing Director Risk and Sustainability Lieng-Seng Wee yang juga berstatus CEO & Co-Founder Dragonfly. Itu adalah perusahaan investasi di Amerika Serikat (AS) yang punya fokus dalam urusan kripto.

"Jelas-jelas ada perwakilan Bridgewater Associates, Capital Group, DragonFly, TOBA, Lynx Asia. Jadi, komposisinya berisiko bagi investor. Ada potensi benturan kepentingan yang sangat besar di Danantara," jelasnya.

Ditambah lagi ada nama Mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra yang dikenal kontroversial. Jejak hitam masa lalu Thaksin sebagai narapidana korupsi memperburuk persepsi publik dan investor terkait tata kelola BPI Danantara.

"Susunan kepengurusan ini jelas menimbulkan kekhawatiran publik dan investor," tegas Herry.

Selain Thaksin, sosok kontroversial di Danantara adalah Ketua Tim Pakar, yang diamanatkan kepada Burhanuddin Abdulllah, mantan narapidana korupsi dalam kasus penggunaan dana Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) sebesar Rp 100 miliar pada 2008.

Saham Terbanting Lagi, Rupiah Drop

Wijayanto samirin - paramadina

Namun, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai sejumlah tokoh di dalam susunan pengurus Danantara merupakan kalangan profesional yang kredibel.

Sekalipun ada tokoh dengan rekam jejak tidak bersih seperti Thaksin yang dikudeta ayas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, Thaksin juga memiliki kelebihan yang bisa dimanfaatkan seperti jejaring yang luas dan pengalaman.

Terlebih, salah seorang putri Thaksin, Paethongtarn Shinawatra, menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand. "Tergantung pintar-pintarnya kita memanfaatkan dan menempatkan mereka," kata Wijayanto kepada TheStanceID.

Ia menilai, tantangan terbesar Danantara ialah mengelola latar belakang nama-nama besar di Dewan Penasihat itu agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi Danantara.

Termasuk, memastikan tidak ada politisasi di Danantara maupun BUMN di bawahnya. "Pemerintah juga perlu menghindari memberikan penugasan-penugasan aneh yang memberikan beban tambahan yang tidak perlu kepada Danantara."

Namun, investor tidak sependapat dengan Wijayanto.

Setelah nama pengelola Danantara dirilis, bursa saham anjlok hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat kehilangan 4% nilai valuasinya. Pada penutupan perdagangan Senin (25/3/2025), IHSG tercatat terkoreksi 1,55% ke level 6.161,22.

Sejalan dengan pelemahan IHSG, nilai tukar rupiah melemah 0,33% ke Rp16.555 per dolar AS. Depresiasi itu merupakan yang terdalam di Asia. Sebagai perbandingan, Baht menguat 0,01% dan Peso Filipina terapresiasi 0,02%. (est)

Untuk menikmati berita peristiwa di seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.