Belum 6 Bulan Kualitas MBG Turun Drastis, Siswa Dapat Makanan Mentah & Snack

Bahan mentah, makanan ultra-proses, dan kudapan ringan tinggi gula masuk dalam menu MBG di wilayah Tangerang Selatan, Banten. Pengelola dapur umum MBG mengaku bertanggung jawab, menyebut hal ini dilakukan karena memasuki masa libur. Pengamat mendesak kebijakan MBG dikaji ulang.

By
in Headline on
Belum 6 Bulan Kualitas MBG Turun Drastis, Siswa Dapat Makanan Mentah & Snack
Menu makan program makan bergizi gratis (MBG) di Tangerang Selatan. (Sumber : akun X @TrinityTraveler)

Jakarta, TheStanceID – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah kembali menjadi sorotan. Kali ini disebabkan menu MBG yang biasanya berupa nasi, lauk pauk hingga sayuran diganti dengan bahan mentah dan makanan ringan.

Bahkan, beredar unggahan di media sosial siswa menerima MBG bahan mentah dalam bentuk beras dan lauk pauk mentah yang harus dimasak di rumah untuk persediaan selama 5 hari.

Lewat X, akun @TrinityTraveler, membagikan foto yang menunjukkan bahan mentahan menu MBG. Terlihat isinya ada buah pisang, kacang, beras, telur puyuh, dan ikan asin. Semua bahan mentah tersebut dibungkus menggunakan plastik.

"Baru tahu MBG sekarang dikasih bahan mentahnya doang sekalian untuk 5 hari! Ini untuk anak SD negeri di Tangsel," tulis akun tersebut pada Senin (16/6/2025).

Kejadian bahan-bahan makanan mentah, makanan ultra-proses, dan kudapan ringan tinggi gula masuk dalam menu MBG ini ditemukan di sebagian wilayah Tangerang Selatan, Banten.

Perubahan ini memicu reaksi beragam dari para orangtua murid, yang menilai makanan ringan tersebut belum cukup memenuhi standar gizi seimbang bagi anak usia sekolah.

Orang tua Kecewa

MBG Snack

Merina (40), salah satu orangtua murid, mengaku kaget ketika pertama kali menerima paket MBG snack, karena makanan ringan seperti itu tidak mencerminkan konsep makanan bergizi.

MBG snack itu terdiri dari 2 roti cokelat, 1 kotak susu cokelat kecil, 1 saset minuman sereal rasa vanila, 4 bungkus snack kentang, 4 saset biskuit stik mini, 3 saset biskuit kelapa, 3 bungkus kacang atom, dan 1 kacang kulit.

Selain itu, terdapat tiga buah jeruk Medan serta satu buah pisang. “Saya sempat kaget sih dapetnya makanan ringan, soalnya kan dari awal dapatnya makanan bergizi dan matang, ada sayur juga,” ujar Merina.

Dia menilai, makanan matang jauh lebih bermanfaat karena bisa langsung dikonsumsi anak di sekolah, sekaligus sebagai upaya membiasakan mereka menyantap sayur dan lauk-pauk yang bergizi.

“Kalau di rumah anak-anak susah makan sayur. Tapi kalau makan bareng di sekolah, mungkin mereka jadi mau coba. Sayang banget kalau cuma dikasih snack begini,” tambahnya.

Sekolah Kaget Menu Berubah

Ilustrasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah

Senada, Kepala Sekolah SDN Pondok Betung 01, Hamidah, juga mengaku kaget atas perubahan bentuk MBG yang dikirimkan ke sekolahnya.

Pasalnya, dalam sosialisasi awal beberapa bulan lalu, pihak sekolah telah diinformasikan bahwa MBG akan disalurkan dalam bentuk makanan berat.

“Bahkan waktu sosialisasi itu ahli gizinya juga hadir ke sekolah, jadi kami yakin akan dapat makanan lengkap. Tapi kemudian muncul info kalau diganti jadi snack,” ujar Hamidah.

Dia menjelaskan, pihak penyedia MBG menyatakan bahwa perubahan tersebut dilakukan karena proses belajar-mengajar di bulan Juni tidak berjalan penuh.

“Kalau misalnya dikasih makanan berat, khawatir anaknya enggak hadir. Jadi mubazir, maka diantisipasi dengan makanan ringan,” katanya.

Meski terkejut, Hamidah menyebut sekolah tetap menerima penyaluran MBG dengan catatan pihak penyedia sudah memperhitungkan kandungan gizinya.

“Saya tanya juga apakah sudah diuji gizinya, mereka jawab sudah. Jadi kami welcome saja, yang penting ada tanggung jawab gizinya,” jelas dia.

Menu MBG Bahan Mentah "Kreatifitas" SPPG

Ilustrasi Dapur MBG

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), mengakui pihaknya membagikan MBG dalam bentuk bahan mentah ke para siswa.

Kepala SPPG Yasmit Ciputat Timur, Auliyaillahi Basiro mengatakan, MBG diberikan dalam bahan mentah karena siswa sedang libur, atau menjalani class meeting, atau ujian.

"Terkait menu MBG di SPPG Kota Tangerang Selatan-Cempaka Putih yang viral, beras diberikan dalam bentuk mentah agar dapat dibawa pulang dan disimpan lebih lama," kata Basiro seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (18/6/2025).

Basiro beralasan, paket MBG harus tetap disampaikan meskipun kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang tidak berlangsung seperti biasa.

"Arahan dari pusat untuk tetap memberikan paket makanan, bisa seperti Ramadan kemarin dengan kreativitas masing-masing Kepala SPPG dan ahli gizi," ujar dia.

Basiro juga menyebut pembagian menu itu dilakukan untuk menghindari penggunaan bahan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan, serta meminimalisir konsumsi makanan ultra-proses. Selain itu, beras diberikan dalam kondisi mentah agar bisa dimasak sendiri di rumah sesuai kebutuhan.

"Sedangkan lauk pauk sudah disiapkan dalam kondisi matang."katanya.

Pihak SPPG juga menghindari penggunaan makanan beku karena khawatir siswa lupa menyampaikannya kepada orangtua, sehingga bisa menyebabkan makanan basi dan tidak dapat dikonsumsi.

"Mengingat sekolah sudah libur, class meeting pulang awal. Guru-guru pun tidak menyanggupi, hingga wali murid yang mewakili anaknya mengambil ke sekolah," tuturnya.

BGN : Belum Ada Kebijakan Pembagian MBG Bahan Mentah

Dadan Hindayana - BGN

Menanggapi pemberian menu MBG berupa bahan mentah seperti di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel), Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum pernah mengeluarkan kebijakan resmi yang mengatur pembagian MBG berupa bahan mentah.

"Belum ada kebijakan BGN seperti itu (memberikan menu MBG bahan mentah)," kata Dadan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/6/2025).

Saat ini, kata Dadan, BGN tengah menyusun petunjuk teknis (juknis) untuk pelaksanaan Program MBG selama libur sekolah.

BGN juga telah meminta Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah untuk melakukan survei langsung kepada peserta didik terkait dengan penyaluran MBG nantinya.

Termasuk, untuk mengetahui intensitas kehadiran mereka ke sekolah dan menerima MBG nantinya.

Dadan menjelaskan, apabila siswa masih bisa datang ke sekolah saat libur, maka MBG akan diberikan dalam bentuk makanan segar, dan siswa juga bisa dibekali makanan tahan lebih lama seperti telur, buah, dan susu untuk 1 atau 2 hari ke depan.

Namun, jika mayoritas peserta didik tidak dapat hadir ke sekolah selama masa liburan, BGN akan menyesuaikan penyaluran program dengan fokus terhadap kelompok rentan lainnya yakni ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita agar manfaat gizi tetap tersalurkan secara optimal.

"Kami memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil tetap berlandaskan prinsip pemerataan gizi, efektivitas penyaluran, dan keberlanjutan manfaat. Tidak ada keputusan sepihak terkait format pembagian MBG tanpa landasan kebijakan dari BGN," tegas Dadan.

Tidak Paksakan MBG Saat Liburan Sekolah

Nurhadi

Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi meminta pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada masa libur sekolah tidak dipaksakan hanya demi menyerap anggaran.

Nurhadi menilai, program yang seharusnya menjadi intervensi gizi justru bisa menjadi beban jika tidak dirancang secara matang dan tepat sasaran.

“Kalau memang perlu disetop dulu karena anak-anak sekolah libur, ya tidak usah memaksakan membagikan MBG. Seperti kata BGN, anggarannya bisa dialokasikan untuk yang lain, misalnya MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Jadi pelaksanaannya lebih efektif dan tepat,” ujar Nurhadi dalam keterangannya, Kamis (19/6/2025).

Namun, Nurhadi mengingatkan, modifikasi teknis seperti itu tidak bisa dilakukan secara sepihak oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selaku pelaksana MBG.

Pelaksana MBG harus berkoordinasi dengan BGN dan tidak bertindak gegabah hanya demi menyerap anggaran dari negara.

“Jangan karena ingin anggaran terserap, lalu ugal-ugalan memodifikasi teknis pelaksanaan MBG. Komunikasikan dulu dengan BGN. Model seperti ini kan juga belum ada diskusi dengan kami di DPR,” tegasnya.

Atas dasar itu, Nurhadi mendorong evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG, terutama pada masa libur sekolah.

Lemahnya Pengawasan Program MBG

Diah Saminarsih - CISDI

Insiden menu MBG berbahan mentah ini menunjukkan adanya masalah dalam pengawasan program MBG.

Pendiri sekaligus CEO Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), organisasi advokasi bidang Kesehatan, Diah Saminarsih, menilai pemberian makanan mentah di MBG menunjukan tidak berjalannya fungsi kontrol dalam proyek MBG.

"Harusnya BGN sebagai lembaga nasional itu menjalankan fungsi oversight dan kontrol." ujar Diah.

Fungsi kontrol BGN, kata Diah, diimplementasikan dengan menjaga standar sesuai petunjuk teknis dan standar operasi dan prosedur (SOP) yang dikeluarkan.

"Pada saat program tersebut dikeluarkan, harusnya sudah ada kepastian pengawasannya. Jadi bukan hanya memberi makanannya, tapi pengawasannya pun untuk nasional juga." tambahnya.

Diah juga menyoroti temuan makanan ultra-proses yang mencakup 45% dari menu yang diberikan dalam MBG. Padahal, makanan ultra-proses berbahaya karena kandungan gula, garam dan lemak dalam makanan tersebut "tidak terkontrol".

Jika program MBG bertujuan untuk mengejar kecukupan gizi, maka makanan ultra-proses tidak bisa dipertanggungjawabkan tingkat kecukupan gizinya dan tidak mengandung cukup mikronutrien yang dibutuhkan.

Baca Juga: Wacana Asuransi MBG, Ketika Makan Pun Diasuransikan

Diah menambahkan, penelitian yang dipublikasikan di The British Medical Journal pada tahun 2024 mengungkap banyak bukti yang mengaitkan makanan ultra-olahan dengan risiko obesitas, penyakit jantung, dan diabetes.

Bukti baru dari penelitian jangka panjang itu juga menunjukkan bahwa konsumsi sebagian besar makanan ultra-olahan dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi. (est)

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram TheStanceID.

\