Oleh Harun Al-Rasyid Lubis. Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB), Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional, Chairman Infrastructure Partnership & Knowledge Center (IPKC).
Sebuah visi terpatri dari baja dan cahaya,
Menghubungkan dua pusat, dari ibukota ramai
Menuju jantung pertama Bandung,
Impian yang dijanjikan, kini sudah menjadi nyata
Bukan cuma kereta,
Tapi juga kebanggaan
Dan optimisme bangsa yang terus membangun
Mereka sebut gila, gagasan yang terlampau berani,
Bayangan hantu anggaran,
Di mata yang penuh ragu
Lalu datanglah perjuangan,
Keringat dan upaya tak kenal lelah,
Di atas tanah Nusantara
Demi sebuah cita
Melalui gunung tinggi dan lembah yang dalam,
Di mana roh-roh purba tetap bersemayam
Naga Baja beton pun mulai tegak berdiri
Di bawah tatapan sinis yang tak percaya
Sebuah jalur berliku, klaim dan biaya yang bertambah,
Ada yang yakin, tak sedikit yang menyerah
Kini dia melesat, tonggak pemicu maju yang memesona
Sebuah bisikan masa depan, yang akhirnya setahap menjadi nyata
Keraguan pun sirna, menjadi sorak yang mereda,
Posting pun di mana-mana bersandingkan sang naga baja
Saat kesuksesan menghampiri di awal mula
Bukti nyata terangkai dalam desir angin yang kencang,
Sebuah jawaban atas tantangan, gagah dan perkasa
Tapi sang visioner takkan bisa berpuas diri,
Di atas puncak yang baru saja ditaklukkan
Peta terbentang, mimpi kembali membentang
Di situlah masa depan pulau yang sudah semakin padat ini dipertaruhkan
"Ke Surabaya!?" terdengar pekik yang menggelegar,
Langkah yang lebih jauh, siap jaya atau binasa
Berapa pula nanti biayanya, utangnya?
Baca Juga: Purbaya Tolak Pakai APBN Untuk Bayar Utang Kereta Cepat, Bom Waktu Gagal Bayar di Depan Mata
Jalur yang lebih panjang, mimpi yang lebih besar,
Tembok tinggi tetap menghalang
Sebuah ambisi berikutnya, yang makin berani
Yang juga terkira akan menghemat BBM impor seperlima
Kembali suara-suara keraguan bermunculan,
"Untuk apa visi ini dijalankan?
Jalan berlapis emas, atau beban fiskal belaka?
Toh, ada Danantara"
Kebutuhan atau keinginan?
Menggeser keinginan besok menjadi ‘’kebutuhan” kini
Debat berliku itu pun kembali bergulir,
Di tengah bangsa yang masih ber-democrazy
Melalui sawah dan kota, gunung dan gua,
Jiwa bangsa harus dilalui oleh baja ini
Sebuah pertaruhan untuk zaman yang akan datang,
Agar dilihat dunia, dan kita semua
Maka biarkan naga baja itu tetap meluncur,
Dan bagaimana pun tidak mesti bersama naga baja China lagi,
Bagaimana pula teaser kereta kecepatan menengah pengganti asa Negeri Sakura,
Karena disalip oleh China
Karena ada teknologi di balik sana
Mau dicuri atau sekadar dibeli lagi saja
Di atas rel harapan dan kebanggaan yang nyata
Intinya tergantung goal setting bangsa
Maunya apa dan ke mana?
Dengan kehadiran beton baja lanjutan ke Surabaya
Mau sekedar gagah-gagahan saja?
Atau visi menghemat BBM impor seperlima?
Juga tentu jejak karbonnya
Jalur berliku ini juga terjadi di banyak negara, tekad segenap bangsa dunia
Kini kita mendaki sebuah bukit yang lebih terjal
Lewat kantong baru kiri off state budget bernama Danantara,
Atau kantong kanan APBN, sama saja!
Bukan kegilaan,
Tapi tangan berani yang teracung,
Demi mengukir kecerahan Tanah Air
Bersiap melayani mobilitas Kota Pulau Jawa 2045 kelak!***
Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.