CERNA KEBIJAKAN: Memahami Perbedaan Inimicus dan Hostis
Manakala inimicus tak terkelola, maka konflik yang sifatnya pribadi itu akan berubah menjadi hostis.

Jakarta, TheStanceID - Ada sebuah Pepatah Tiongkok yang mengatakan "seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak". Peribahasa itu mengandung makna yang mendalam tentang pentingnya hubungan interpersonal dalam kehidupan kita.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital ini, di mana banyak orang memiliki ribuan teman di media sosial, pepatah ini seolah mengajak kita untuk merenungkan makna sebenarnya dari persahabatan.
Termasuk harapan agar menjauhi diri dari yang namanya punya musuh karena dianggap tidak memberikan manfaat apapun.
Tapi tahukah Stancers, di dunia yang makin kompleks ini, ternyata 'musuh' punya dua makna dan konsep yang berbeda. Simak penjelasannya, ya..
Dalam bahasa Latin, terdapat dua kata yang sering digunakan untuk menggambarkan konsep "musuh", yaitu inimicus dan hostis. Meskipun keduanya dapat diterjemahkan sebagai "musuh" dalam bahasa Indonesia, ada perbedaan mendasar dalam makna dan penggunaannya.
Inimicus: Musuh dalam Ranah Pribadi
Kata inimicus berasal dari kata amicus yang berarti "teman" atau "sahabat", dengan tambahan awalan in- yang memberi arti kebalikan. Oleh karena itu, inimicus merujuk pada sosok pribadi sebagai lawan atau musuh seseorang secara individu.
Inimicus (musuh pribadi) memiliki beberapa ciri-ciri dan dapat merepresentasikan seseorang yang berada di sekitar kita tapi memiliki hubungan kurang harmonis atau bahkan bersifat antagonis.
Ini bukan hanya soal permusuhan fisik, tetapi juga bisa mencakup persaingan pribadi atau seseorang yang terus-menerus bersaing atau merasa iri.
Manakala konflik hubungan pribadi tidak terkelola dengan baik, maka sesuatu yang sifatnya pribadi akan berubah menjadi konflik terbuka atau sering disebut dengan hostis.
Dalam dunia politik, konsep inimicus bisa kita lihat dari fenomena dualisme di tubuh partai politik di Indonesia.
Fenomena ini biasanya muncul dengan diawali dari perseteruan pribadi. Misalnya, yang pernah terjadi antara Agung Laksono dan Aburizal bakrie dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar tahun 2014 lalu.
Akibat konflik dan persaingan, membuat keduanya menggelar musyawarah nasional (munas) versi masing-masing dan saling mengklaim paling berhak mendapatkan pengesahan pemerintah.
Konflik pribadi antara keduanya menimbulkan ketidakharmonisan emosional yang berujung pada terjadinya dualisme atau perpecahan di tubuh Partai Golkar ketika itu.
Dalam politik selalu ada idiom “musuh sekarang, kawan besok” atau sebaliknya. Singkatnya, musuh tidak harus permanen.
Sehingga kerap kita jumpai konflik di partai politik selalu dibingkai oleh aktor-aktornya dengan istilah “dinamika politik”, “pasang surut”, sampai “pergolakan”.
Hostis: Musuh dalam Ranah Publik
Berbeda dari inimicus, hostis merujuk pada musuh dalam konteks lebih luas, terutama dalam lingkup politik atau perang. Pada masa Romawi Kuno, hostis dipakai untuk menggambarkan musuh negara atau kelompok yang berperang.
Misalnya, Hannibal versus Roma, di mana Hannibal dari Kartago adalah hostis bagi Republik Romawi selama Perang Punisia Kedua.
Ada juga Galia versus Roma, di mana suku-suku Galia, termasuk yang dipimpin oleh Vercingetorix, adalah hostis bagi Roma saat mereka berperang melawan ekspansi Romawi.
Ciri hostis yang utama adalah tidak bersifat pribadi, melainkan sebagai bagian dari entitas kelompok atau bangsa yang berlawanan dalam konflik terbuka.
Rivalitas Ronaldo vs Messi
Dalam dunia olahraga, konsep inimicus dapat diterapkan untuk menggambarkan rivalitas baik dalam skala individu maupun tim.
Sebagai contoh, rivalitas pesepakbola Cristiano Ronaldo versus Lionel Messi. Meskipun keduanya saling menghormati di La Liga saat membela Real Madrid dan Barcelona, keduanya bisa dianggap sebagai inimicus dalam dunia sepakbola.
Hebatnya, keduanya berhasil mengelola inimicus alias musuh pribadi mereka menjadi sebuah motivasi untuk membuktikan siapa yang terbaik di antara mereka dalam perebutan gelar.
Mengutip Filsuf Jerman abad ke-19, Nietzsche, “musuh” dimaknai sebagai “metode” untuk melihat kehebatan diri-sendiri.
Menurut Nietzsche, orang bisa memilih musuh yang layak dan tepat untuk mengalahkan mereka dalam kontes. Mereka mencari “penderitaan” agar tumbuh lebih kuat dan belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
Berkat kepiawaiannya mengelola inimicus, Ronaldo meraih lima gelar Ballon d'Or sebagai pemain terbaik di dunia, sementara Messi memenangkan delapan penghargaan Ballon d'Or yang menahbiskan keduanya sebagai yang terbaik bagi penggemarnya.
El Clasico Real Madrid vs Barcelona
Contoh hostis alias musuh bersama dalam dunia olahraga bisa kita lihat dari persaingan panjang antara Real Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol. Rivalitas keduanya bukan hanya soal olahraga, tetapi juga terkait akar sejarah dan politik yang dalam.
Dari sisi politik, Real Madrid sering dikaitkan dengan pemerintah Spanyol dan kediktatoran Francisco Franco (1939–1975), yang menekan budaya dan bahasa Catalunya.
Sementara itu Barcelona, merupakan simbol perlawanan Catalunya, dan sering dipandang sebagai representasi identitas regional yang menentang sentralisasi Madrid.
Rivalitas keduanya pun berkembang ke sepakbola menjadikan laga El Clasico, sebutan laga yang mempertemukan Real Madrid vs Barcelona, menjadi lebih dari sekedar pertandingan.
Duel ini penuh intrik dan politik, antara Real Madrid sebagai simbol Spanyol dan Barcelona sebagai representasi simbolik Catalunya.
Banyaknya momentum pada El Clasico membuat pertandingan itu jadi yang paling ditunggu, mungkin sama banyaknya dengan final NBA hingga final NFL.
El Clasico dan para aktor-aktornya selalu menjadi kiblat pertandingan sepakbola yang membawa sejarah hingga cerita di setiap laganya.
Sisi positifnya, dalam olahraga, rivalitas bahkan bisa dikelola menjadi sebuah potensi dan peluang. Bukan semata pertandingan dan hiburan, tapi juga bisa menjadi ladang bisnis yang menghasilkan pundi-pundi fantastis bagi kedua klub yang berseteru. (est)
Untuk menikmati berita peristiwa di seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.