Turun Gunung Pramono Anung: Dulu Juru Bicara Kini Penguasa Jakarta
Meski berasal dari PDI‑P, Pramono dikenal memiliki hubungan baik dengan berbagai elite politik dari partai lain. Gaya komunikasinya yang luwes menjadi "jembatan" bagi semua kalangan. Bersama wakilnya Rano Karno, dia tercatat sebagai pasangan pertama yang memenangkan Pilgub DKI Jakarta satu putaran.

Jakarta, TheStanceID – Pramono Anung Wibowo atau biasa dipanggil Mas Pram bukan nama asing di dunia perpolitikan Indonesia. Pria kelahiran Kediri, 11 Juni 1963, ini dikenal sebagai politikus tanah air yang telah menjabat berbagai posisi strategis dalam pemerintahan.
Saat ini, ia menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) setelah memenangkan Pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2024 bersama pasangannya, Rano Karno.
Sebelumnya, sejak 2015, politisi PDI Perjuangan ini menjadi Sekretaris Kabinet di era Jokowi, dan terus menjabat posisi itu hingga dua periode kabinet.
Komunikator Politik Ulung
Pram dikenal sebagai politisi ulung. Dia memiliki hubungan baik dengan elite politik dari berbagai kalangan; dari Jokowi, Anies Baswedan, hingga Prabowo Subianto.
Gaya komunikasinya yang luwes dinilai mampu menjadi "jembatan" sekaligus sosok yang diterima elit-elit politik dari partai berbeda.
Bahkan, ketika hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan sedang panas pada Pilpres 2024 lalu, posisi Pramono termasuk yang tidak diutak atik Jokowi.
Nasibnya lebih baik ketimbang politisi PDIP lainnya yang menduduki kursi menteri di kabinet, yang didepak Jokowi setelah hubungan dengan PDI-P makin panas.
Peran sebagai komunikator dan berdiplomasi politik ini kembali diperlihatkan Pramono saat ia diminta oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menemui Prabowo Subianto di kediaman pribadinya di Kertanegara Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).
Oleh Megawati, ketika itu Pramono secara khusus ditugasi membawa pesan dalam rangka menjembatani komunikasi antara Prabowo dan Megawati pasca Pilpres 2024.
Awal Karier Politik
Pramono adalah salah satu dari segelintir politisi yang merintis kariernya dari bawah. Dia tidak berasal dari keluarga politisi. Ayahnya, R. Kasbe Prajitna, adalah guru bahasa Indonesia di sebuah SMA di Kediri. Jawa Timur.
Pram mulai berkenalan dengan politik lewat aktivisme mahasiswa. Dia menjadi Ketua Forum Komunikasi Himpunan Jurusan Dewan Mahasiswa ITB (1986–1987), dan Ketua Himpunan Mahasiswa Tambang ITB (1985–1986).
Aktivismenya saat mahasiswa ini turut membentuk pandangan politiknya di masa depan.
Dia baru terjun ke politik prakts pada 1999, dengan resmi bergabung ke PDI-Perjuangan.
Dia kemudian terpilih sebagai anggota DPR Dapil Jawa Timur dari PDI Perjuangan.
Selanjutnya, keberuntungan selalu menyertai karier politiknya. Di Pemilu Legislatif berikutnya, dia kembali terpilih sebagai anggota DPR dari dapil dan partai yang sama, yaitu pada 2004, 2009 dan 2014.
Tiga periode, atau selama 15 tahun, Pramono selalu lolos menjadi anggota DPR.
Puncak jabatan tertingginya di legislatif adalah ketika menjabat sebagai Wakil Ketua DPR dari PDI Perjuangan pada 2009-2014.
Di internal partai, karier Pramono juga makin moncer.
Pada tahun 2000, ia diangkat menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P, lalu lima tahun kemudian, menjadi Sekretaris Jenderal.
Baru pada tahun 2015, Pramono yang merupakan pecinta olahraga sepeda dan duren ini akhirnya mencicipi jabatan eksekutif alias Menteri, setelah dilantik menjadi Sekretaris Kabinet di era pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Dari anak seorang guru SMA, kini Pramono menjadi keluarga politik, dan juga membangun dinasti.
Anaknya, Hanindhito Himawan Pramana (32 tahun), saat ini menjabat Bupati Kediri, kota tempat Pram dibesarkan.
Mengurus "Dapur" Kabinet
Sejak menjadi Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono hanya berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan di dalam istana dan mengurus 'dapur' kabinet Jokowi.
Selama masa kepemimpinannya, Sekretariat Kabinet berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama sembilan tahun berturut-turut.
Pramono juga membuat sejumlah terobosan di internal Setkab. Di masa kepemimpinannya, ia mempercepat penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) dari yang sebelumnya bisa molor berbulan-bulan, kini bisa rampung hanya dalam tiga hari. Terobosan itu menjadi sebuah langkah besar dalam efisiensi birokrasi.
Sebagai komunikator ulung, ia juga memperkenalkan tradisi baru dengan menyediakan sarana bagi para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu untuk memberikan keterangan langsung melalui podcast dalam rangka meningkatkan transparansi.
Ikut Kontestasi Pilgub Jakarta 2024
Pada 28 Agustus 2024, Pramono Anung bersama Rano Karno mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Jakarta.
Mereka diusung PDI-P dan Partai Hanura, serta didukung Partai Ummat. Mereka juga mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh besar seperti Fauzi Bowo, Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, serta kelompok suporter Persija Jakarta, The Jakmania.
Pada November 2024, pasangan ini secara resmi ditetapkan KPU DK Jakarta sebagai pemenang Pilgub Jakarta dengan perolehan suara sebesar 50,07% atau 2.183.239 suara.
Keberhasilan ini menjadikan Pramono Anung dan Rano Karno sebagai pasangan pertama yang memenangkan Pilgub Jakarta dalam satu putaran.
"Terima kasih yang sudah setia mendukung dari 0,01% hingga keraih 50,07% suara," tulis Pramono Anung lewat akun instagram @pramonoanungw, pada Senin (9/12/2024).
"Ini bukanlah akhir dari perjuangan, ini justru menjadi awal untuk Jakarta Menyala. Bismillahirrahmanirrahim..," tambahnya.
Gebrakan Pramono-Rano untuk Jakarta
Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, duet Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno langsung tancap gas.
Sejumlah program strategis mulai dilancarkan.
Dua program andalan bertajuk “Jakarta Menyala” dan “Jakarta Berbenah” menjadi wajah baru Jakarta yang lebih terintegrasi, inklusif, dan adaptif terhadap kebutuhan warganya.
Dari pendidikan hingga penanggulangan banjir, pelayanan lansia hingga taman kota 24 jam, perluasan rute transjakarta, sejumlah transformasi mulai terasa dalam denyut nadi Jakarta.
Dalam rentang waktu 100 hari kerja yang jatuh pada 30 mei lalu, sebanyak 40 program prioritas telah diimplementasikan.
Menurut pengamat infrastruktur dan tata kota Yayat Supriatna, gebrakan awal ini terbilang realistis dan menyentuh langsung akar persoalan perkotaan.
“Sebagai gebrakan awal, sudah mulai terlihat dan dijalankan secara agresif dan baik,” ungkap Yayat.
Namun, Yayat juga mengingatkan bahwa transformasi kota tidak bisa hanya dinilai dalam 100 hari. Ia menilai, dibutuhkan kesinambungan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk menilai keberhasilan secara jangka panjang.
Yayat juga menyoroti pendekatan Pramono–Rano yang tidak mengejar proyek-proyek mercusuar, tapi fokus pada aksi konkret dan manfaat langsung.
“Yang kelihatan kecil, tapi maknanya besar. Tinggal bagaimana Pemprov bisa solid dengan DPRD agar program-program ini bisa berjalan optimal,” ujar Yayat.
Dengan perjalanan panjang di dunia politik dan pemerintahan, Pramono Anung membuktikan diri sebagai tokoh yang mampu beradaptasi dan berinovasi. Keberhasilannya memimpin Jakarta menjadi tonggak penting dalam karier politiknya dan diharapkan mampu memberikan perubahan positif bagi masyarakat Jakarta.
Menarik kita tunggu, apa lagi gebrakan dari Gubernur Pramono Anung untuk kota Jakarta. (est)
Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram TheStanceID.