Kirillov, Jenderal Rusia yang Bongkar Skandal Proyek Senjata Kimia Amerika
Dia membongkar keberadaan lab senjata kimia di Ukraina, dan menyodorkan bukti-bukti yang bikin Amerika dkk berang.

TheStanceID - Menjadi jenderal Rusia pertama yang tewas di konflik Rusia-Ukraina, Letnan Jenderal Igor Kirillov adalah kunci di balik terbongkarnya proyek senjata biologis Amerika Serikat (AS) di Eropa. Ukraina mengakui operasi pembunuhan tersebut.
Igor adalah Kepala Angkatan Pertahanan Radiologi, Kimia dan Biologi Rusia. Dia terbunuh pada Selasa (17/12/20204) setelah sebuah bom diledakkan ketika dia dan ajudannya keluar meninggalkan rumah.
Hasil investigasi yang diumumkan pemerintah Rusia menunjukkan bahwa sebanyak 200 gram bahan peledak berjenis tri-nitro-toluene (TNT) ditanamkan di sepeda motor listrik yang diparkir di depan kediamannya.
Rusia langsung menuding Ukraina menjadi operator pembunuhan tersebut. Setelah sempat bungkam, pemerintah Ukraina akhirnya mengakui operasi pembunuhan Igor tersebut sebagaimana diberitakan The New York Times.
Pemerintah Rusia telah menangkap Akhmed Kurbanov, warga negara Uzbekistan yang menjadi operator pengeboman tersebut. Penangkapan terjadi di desa Chernoe, Distrik Balashika, Moskow.
Mengapa dia menjadi target utama pembunuhan dibandingkan jenderal Rusia lainnya? Berikut ini sepak-terjang Igor yang mengubah lanskap peperangan Rusia-Ukraina.
Pejabat yang Harus Dibungkam
Bagi warga Rusia, Igor hanyalah pejabat militer biasa seperti yang lain. Dia belum pernah mendapatkan lencana kehormatan, atau bintang jasa atas kesuksesannya dalam operasi militer.
Namun bagi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, terutama Ukraina, Igor adalah pejabat militer yang harus dihentikan. Di bawah komandonya, Rusia menguak dokumen rahasia tentang operasi laboratorium kimia di Ukraina yang disokong AS dan Inggris.
Divisi yang dipimpin Igor memainkan peran kunci untuk membongkar penggunaan senjata kimia di beberapa operasi militer yang dilancarkan Ukraina dan didukung AS serta Inggris.
Rusia pun melaporkan beberapa insiden serangan Ukraina yang diduga menggunakan bahan kimia bersenjata, yang diterima oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW).
Ada 4 insiden yang dilaporkan yakni di serangan Ukraina ke Belgorod pada Mei dan Juni 2024, temuan laboratorium senjata kimia milik Ukraina di Avdeevka (Juni 2024), dan temuan selongsong senjata bahan kimia di Zaporozhye (September 2024).
Laporan diterima OPCW dan diarsipkan dalam dokumen berjudul “Compendium of Correspondence shares by States Parties on Ukraine” tertanggal 18 November 2024. Ukraina juga melaporkan serangan Rusia yang diduga memakai bahan kimia.
Namun tidak berhenti di sana, Ukraina membunuh Igor yang menjadi tokoh kunci di balik identifikasi penggunaan senjata kimia oleh Ukraina. Pemerintahan Zelensky menjatuhkan hukuman mati atas Igor yang dituding menjadi dalang serangan kimia.
Menguak Jejak Biokimia AS
Mengutip Sputnik, Igor adalah sosok di Kementerian Pertahanan Rusia yang menguak tentang eksperimen biologis ilegal di laboratorium di California milik Prestige Biopharma, yang memicu penyelidikan Kongres AS.
Diprakarsai Presiden Barack Obama dan dijalankan di bawah Departemen Luar Negeri AS, Program Keterlibatan Biosekuriti (Biosecurity Engagement Program/BEP) dilancarkan di 4 benua yakni Timur Tengah, Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika.
Untuk memuluskan rencana tersebut, mereka menyewa kontraktor pihak ketiga dan LSM—seperti Metabiota, CH2M Hill, dan EcoHealth Alliance, yang sudah menjadi langganan Departemen Luar Negeri, Pentagon (CIA), dan FBI.
Targetnya adalah membangun “daya gentar tanpa syarat pihak lawan” dari penggunaan senjata pemusnah massal terhadap AS dan sekutunya.
Departemen Luar Negeri AS membantah, dan menjelaskan bahwa BEP bertujuan memitigasi ancaman biologis global dengan mencegah entitas negara dan non-negara memiliki kemampuan dan materi yang bisa disalahgunakan sebagai senjata biologis.
Amerika Diduga Memulai Pandemi
Di bawah Igor, Rusia juga membongkar dokumen yang mengindikasikan bahwa AS telah memulai persiapan memicu pandemi baru, dengan memanfaatkan mutasi virus. Seruan ini membuat dunia kian mewaspadai risiko pandemi buatan manusia.
Berdasarkan dokumen tersebut, Institut Penelitian Medis Penyakit Menular Tentara AS (US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases) diketahui mengumpulkan sampel patogen berbahaya di berbagai wilayah di dunia.
Di sisi lain, bos farmasi ternyata mengontrol Kantor Kebijakan Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (Office for Pandemic Preparedness and Response Policy) yang ditugasi membuat vaksin dan obat untuk memerangi virus dan varian rekayasa genetika.
Beberapa di antaranya adalah Mark McClellan (mantan anggota Dewan Johnson & Johnson), Scott Gottlieb (anggota Dewan Pfizer), dan Stephen Hahn (CEO Flagship Pioneering Inc).
Mereka melobi dan memprioritaskan kepentingan komersial perusahaan farmasi untuk mengesahkan vaksin-vaksin baru yang belum sepenuhnya teruji dan tidak memenuhi standar keselamatan.
Keterlibatan Politisi Partai Demokrat
Igor jugalah yang menguak keterlibatan politisi Partai Demokrat dan pendukungnya sebagai penyandang dana penelitian biologi militer AS. Beberapa di antaranya adalah Clinton, Rockefeller, Soros, dan Biden.
Khusus keterlibatan Biden, Igor menuding bahwa anak Joe Biden yakni Hunter Biden terlibat dalam laboratorium biokimia di Ukraina melalui perusahaan investasi Rosemont Seneca, yang terafiliasi dengan Metabiota seperti diberitakan TRT World.
Di AS, tuduhan keterlibatan AS dalam biolab Ukraina sempat mewarnai pemberitaan. Namun tuduhan tersebut ditampik mentah-mentah seperti yang diberitakan Washington Post.
Perusahaan multinasional yang sering disebut sebagai "Raksasa Farmasi" juga dituding terlibat dalam program ini termasuk Pfizer, Moderna, Merck, serta Gilead—sebuah perusahaan farmasi yang berafiliasi dengan militer AS.
Keterlibatan organisasi non-pemerintah dan farmasi tersebut memungkinkan para politisi Partai Demokrat mengantongi pendapatan tambahan untuk modal kampanye tanpa terendus oleh regulasi.
Namun, yang menjadi korban, menurut temuan Igor, adalah masyarakat dunia yang dimanipulasi untuk menerima dan menggunakan vaksin serta obat-obatan yang belum sepenuhnya teruji itu.
Dengan rekam jejak itulah Igor menemui akhir hidupnya, dibunuh di depan gedung apartemennya, tepat sebelum Joe Biden—presiden Amerika dari Partai Demokrat—lengser. (ags)