Senin, 04 Agustus 2025
Term of Use Media Guidelines

Kesenjangan Cabang Olahraga: Timnas Dapat Jam Rolex, Atlet Binaraga Makan Ayam Tiren Sebulan

Pemberian jam tangan mewah Rolex oleh Prabowo kepada skuad timnas sepa kbola Indonesia memicu polemik. Mantan atlet wushu Lindswell Kwok mempertanyakan keadilan pemerintah terhadap cabang olahraga (cabor) lain. Kesenjangan antarcabor makin parah karena efisiensi anggaran.

By
in Pop Culture on
Kesenjangan Cabang Olahraga: Timnas Dapat Jam Rolex, Atlet Binaraga Makan Ayam Tiren Sebulan
Presiden Prabowo memberikan hadiah jam tangan Rolex kepada punggawa TImnas Indonesia saat menjamu makan siang di kediaman pribadinya di Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (6/6/2025).

Jakarta, TheStanceID – Pemberian jam tangan mewah merek Rolex oleh Presiden Prabowo Subianto kepada skuad timnas sepak bola Indonesia memicu polemik.

Hadiah jam tangan yang diperkirakan bernilai antara Rp190 juta - Rp250 juta per unit itu diberikan Prabowo saat menjamu makan siang skuad timnas garuda di kediaman pribadinya di Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (6/6/2025).

Jamuan makan siang itu dilakukan usai Timnas Indonesia meraih kemenangan 1-0 atas China di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.

Prabowo mengungkapkan, jamuan tersebut adalah simbol dukungan terhadap kemajuan sepak bola nasional. Dia berpesan agar pemain timnas menjaga semangat juang untuk melangkah lebih jauh hingga panggung Piala Dunia.

Setelah perjamuan, para pemain pulang dan kemudian mengunggah konten "oleh-oleh" jam tangan dari Prabowo. Justin Hubner, misalnya, melalui Instagram Stories memamerkan kotak berwarna hijau berisi arloji merek Rolex.

Hadiah Apresiasi Pribadi Presiden Prabowo

Prabowo - Timnas

Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri BUMN, Erick Thohir, menyatakan undangan Presiden Prabowo merupakan "apresiasi yang luar biasa" lantaran digelar bukan di Istana Merdeka melainkan rumah pribadi.

"Jadi, mereka merasa kekeluargaan. Bapak Presiden juga menerima mereka sebagai keluarga. Karena kita tahu mereka juga banyak berkorban untuk Merah Putih Dan Bapak Presiden apresiasi itu," kata Erick.

Ia juga menyebut hadiah jam Rolex itu merupakan apresiasi pribadi Presiden.

Selain itu, kata Erik, pemerintah telah menggelontorkan hampir Rp200 miliar per tahun untuk mendukung sepak bola nasional. Itu merupakan angka terbesar dalam sejarah PSSI.

Ratu Wushu Indonesia Soroti Kesenjangan Atlet dan Anggaran Cabor

Di balik euforia keberhasilan timnas lolos ke babak 4 playoff Piala Dunia, muncul suara-suara yang mempertanyakan keadilan dan keberpihakan pemerintah terhadap cabang olahraga lain.

Salah satunya datang dari mantan atlet wushu nasional, Lindswell Kwok yang dikenal sebagai "Ratu Wushu Indonesia" dan juga peraih penghargaan tertinggi Satyalancana Dharma Olahraga.

Melalui unggahan Instagram pribadinya @lindswell_k, peraih emas Sea Games dan Asian Games ini menyatakan kekesalannya atas ketimpangan perhatian yang diberikan pemerintah.

"Tentu bangga dengan prestasi sejawat. Tapi sudah adil belum pemerintah dalam memfasilitasi atlet-atletnya?" tulis Lindswell, pada Senin (9/6/2025).

Lindswell kemudian membandingkan dengan perlakuan Kemenpora yang memulangkan sejumlah atlet muda wushu yang disiapkan untuk ajang Youth Olympic Games 2026.

Lindswell menceritakan bagaimana anak-anak ini telah meninggalkan rumah selama 8 bulan untuk menempa diri di pelatnas. Pelatnas kemudian dibubarkan pada akhir Maret hanya lewat sambungan zoom karena efisiensi anggaran.

"Mereka mengorbankan sekolah untuk fokus di pelatnas, tapi tiba-tiba dipulangkan. Sekali lagi. Mereka dipanggil, mereka dikumpulkan, mereka juga dipulangkan secara tidak layak," kata Lindswell.

Lindswell pun mempertanyakan kebijakan yang lebih memanjakan cabang olahraga populer, sementara cabang unggulan lain seperti wushu, angkat besi, atau panjat tebing justru diabaikan.

Baca Juga: Libas Brasil, Timnas eFootball Buktikan eSport Indonesia Berdaya Saing

Ia menilai, prestasi seharusnya menjadi tolok ukur utama dalam pemberian fasilitas dan apresiasi. Bukan popularitas semata. Dia juga menegaskan, kritik yang ia sampaikan tak ditujukan kepada pemain timnas, melainkan kepada sistem yang dinilai tidak adil.

"Bukan karena sejawat kita dapat apresiasi lalu kita kepanasan. Bukan. Tapi lihat dulu siapa yg kasih, Presiden... Di masa efisiensi, di mana cabor lain dicuekin. Cabor yang terkenal dan banyak peminat diperhatikan," tambahnya.

Lewat unggahannya, Lindswell juga menyoroti kesenjangan anggaran. Ia mencontohkan sepak bola mendapatkan anggaran Rp200 miliar, sedangkan cabang olahraga lain di kisaran Rp10 miliar-Rp30 miliar.

Menpora Klaim Tidak Ada Pilih Kasih Cabor

Menpora Dito Ariotedjo

Menanggapi kritik dari mantan atlet wushu nasional, Lindswell Kwok, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Dito Ariotedjo mengatakan, apresiasi Presiden tidak hanya diberikan untuk sepak bola, tetapi juga untuk semua cabang olahraga yang mencatatkan prestasi besar bagi Indonesia.

"Perhatian tinggi Bapak Presiden untuk olahraga Indonesia patut kita syukuri. Saat ini, Timnas sepak bola mencapai sejarah perolehan tertinggi dalam perjuangan menuju Piala Dunia," kata Dito, Selasa (10/6/2025).

Dito memastikan tidak ada pilih kasih dalam hal pemberian apresiasi atau bonus. "Sama halnya jika nanti atlet kita bisa mencetak sejarah di Asian Games dan Olimpiade, apresiasi pemerintah pasti menanti," ujarnya.

Pemerintah, kata Dito, berkomitmen memberi perhatian yang setara kepada semua cabang olahraga yang mengharumkan nama bangsa.

Tapi benarkah tak ada pilih kasih?

Dalam catatan TheStanceID, pada April lalu, Dito memberi bantuan kepada 13 cabor yang dianggap "unggulan," mulai dari bulu tangkis, menembak, atletik, panahan, dayung, angkat besi, judo, renang, balap sepeda, senam, surfing, akuatik, serta sepak bola. Totalnya Rp420 miliar.

Sepak bola memperoleh dana paling banyak, hampir Rp200 miliar. Ini meningkat dibandingkan 2024. Ketika itu PSSI mendapatkan bantuan dana Rp127 miliar.

Dito beralasan, bantuan bagi PSSI bersifat khusus karena berstatus cabang olahraga strategis serta berpotensi tinggi, sesuai Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Sepak Bola Nasional.

"Terkhusus untuk PSSI, pemerintah memberikan dukungan kepada PSSI untuk program pembinaan di nasional dari kelompok U-17 hingga senior. Dengan target utamanya lolos ke Piala Dunia pada masing-masing level," jelas Dito.

Anggaran Kemenpora Dipangkas 55 Persen

pelatnas

Kesenjangan bantuan terhadap cabang olahraga lain yang tidak populer ini makin parah setelah kebijakan efisiensi anggaran.

Anggaran Kemenpora pada tahun 2025 yang tadinya Rp 2,33 triliun dipangkas sampai 55% hngga menjadi Rp 1,03 triliun.

Dampak pemangkasan ini sangat signifikan, terutama untuk program pembinaan atlet pelatnas cabang olahraga non-prioritas.

Berdasarkan catatan TheStanceID, ditemukan kasus sejumlah cabor yang terdampak pemangkasan anggaran.

  • Pada awal tahun ini, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) memulangkan para atlet yang mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Pangalengan, Jawa Barat, imbas efisiensi anggaran. Sebanyak 80 atlet tersebut direncanakan menjalani pelatnas dalam rangka persiapan menghadapi SEA Games maupun Asian Games.

  • Di Malang, Jawa Timur, sejumlah atlet binaraga terpaksa makan ayam tiren (mati kemaren, alias ayam bangkai) untuk memenuhi kebutuhan protein. Alasannya dana yang tidak cukup. Mereka mengonsumsi ayam tiren selama hampir satu bulan, dengan per hari bisa menghabiskan 1,5 sampai 2 kilogram dada ayam. Para atlet terpaksa melakukan hal itu untuk memenuhi asupan gizi jelang ajang pekan Olahraga provinsi (Porprov) Jawa Timur IX 2025, yang diselenggarakan Juni mendatang.

  • Dua atlet panahan kembar asal Kabupaten Malinau, Dzakira dan Dzakiyah, yang sebelumnya tengah dipersiapkan untuk memperkuat tim nasional pada ajang Asian Youth Games (AYG) 2025, dipulangkan sementara dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada Februari lalu.

  • TC Timnas Karate Indonesia yang sudah digelar sejak November 2024 di Bali terpaksa dihentikan karena adanya pemangkasan anggaran. Seluruh karateka dipulangkan ke daerah mereka masing-masing terhitung sejak 31 Januari lalu melalui surat yang dilayangkan Kemenpora dengan tembusan ke PB FORKI.

Sepak Bola Jadi Alat Politik

prabowo - nonton timnas

Kesenjangan ini bukan hanya soal angka anggaran, tetapi juga mencerminkan perbedaan perhatian, fasilitas, dan penghargaan yang diterima oleh atlet dari cabang olahraga berbeda.

Kepada TheStanceID, Peneliti Ganesport Foundation, Dex Glenniza tidak memungkiri adanya perhatian pemerintah yang lebih terhadap cabor sepakbola.

Hal itu bisa terlihat dari bagaimana Presiden Prabowo lebih dari sekali hadir di Stadion Gelora Bung Karno untuk menyaksikan timnas saat kualifikasi Piala Dunia 2026 berlangsung.

Bahkan, ketika berhalangan pun, ia tetap mengunggah foto dirinya tengah menonton timnas lewat gawai. Pemandangan yang hampir tidak pernah terlihat untuk cabor lain.

Tidak hanya itu, Pemerintah juga memasukkan target lolos Piala Dunia 2026 sebagai prioritas, dan itu direalisasikan dengan pemberian anggaran yang lebih banyak daripada cabang olahraga yang lain.

"Kalau dilihat dari prestasi dan kebanggaan negara, sepak bola tidak ada apa-apanya dibandingkan cabang olahraga lain yang lebih berprestasi seperti bulu tangkis, panjat tebing, atau angkat beban. Namun, karena sepak bola lebih populer, maka tak heran cabor ini banyak dimanfaatkan sebagai alat politik," jelasnya.

Dex berharap pemerintah bisa lebih berlaku fair dengan juga memperhatikan prestasi dari cabang olahraga di luar sepak bola supaya publik mampu merasakan euforia serupa timnas.

Pemerintah sebaiknya juga memandang suatu olahraga tidak hanya dalam jangka pendek, sesuatu yang instan atau viral, tapi jangka panjang.

Untuk meraih prestasi, pemerintah dan federasi juga harus melibatkan pembinaan terukur yang ditopang fasilitas, pelatihan, serta kesejahteraan atlet yang ideal.

"Bikin standar penghargaan berbasis prestasi, bukan popularitas," katanya. (est)

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram TheStanceID.

\