Penebusan Gage, Mantan Marinir Pencipta Lagu "Boom, Boom, Tel Aviv"

Berbeda dari seniman anti-Iran yang mendapat ruang bebas di tahun 1980 sampai sekarang, Lucas Gage menghadapi jalan terjal karena peran aktivisme dan karya lagunya yang anti-Israel. Para penyerangnya tak peduli pada kenyataan bahwa dia pernah "membela negaranya" di Perang Irak.

By
in Human of Change on
Penebusan Gage, Mantan Marinir Pencipta Lagu "Boom, Boom, Tel Aviv"
Foto Lucas Gage muda ketika menjadi anggota marinir demi membela negaranya dengan menginvasi Irak. (Sumber: https://rumble.com/LucasGage)

TheStanceID - Operasi Israel bertajuk Rising Lion terhadap Iran memicu perang perdana dalam sejarah keduanya. Seperti tahun 1980-an ketika Revolusi Iran pecah, perang 12 hari itu juga membangkitkan inspirasi musisi untuk ambil bagian di dalamnya.

Akibat serangan Israel, Iran terbuka mengakui sebanyak 935 orang warganya (ilmuwan, petinggi militer, dan masyarakat sipil) tewas. Di sisi lain, rezim zionis setelah menerapkan sensor ketat mengeklaim serangan Iran hanya membunuh 29 orang.

Konfrontasi itu menjadi momentum masyarakat global anti-genosida memberikan sokongan kepada Iran demi melihat Israel selama ini melenggang meski dikecam atas kejahatan kemanusiaan terhadap warga Palestina.

Ketika rudal-rudal Iran berjatuhan menghujani Israel menembus pertahanan negara zionis tersebut, warganet seolah mendapatkan kepuasan batin.

Seorang mantan marinir AS, Lucas Gage, merasakan hal yang sama dan terinspirasi menulis lagu berjudul "Boom, Boom, Tel Aviv." Berikut ini sebagian lirik lagunya:

Boom boom boom boom boom

Boom this what you get for all your deeds

You were mocking dead kids

But now you’re getting hit Iranian

Missiles have your entire sky in lit

And you can't say you didn’t

Start this but the whole world sees that

Lagu beraliran Electronic Dance Music (EDM) itu turut meledak di tengah konflik Israel dan Iran. Pada platform Soundcloud, lagu itu diputar 8.657 kali dan mendapat 381 suka.

Dukungan dan pesan positif terhadap lagu "Boom, Boom, Tel Aviv" itu menjadi api pembakar eforia atas hancurnya kepongahan Tel Aviv, mewakili kehausan bawah sadar akan penegakan hukum terhadap rezim zionis.

Lagu tersebut langsung populer di kalangan warga Iran. Pada 28 Juni 2025, dalam iring-iringan pemakaman masyarakat Iran yang menjadi korban serangan Israel, massa membentangkan spanduk bertuliskan “Boom, Boom, Tel Aviv.”

Didorong Kemuakan atas Kemunafikan Barat

Gage yang merupakan aktivis kemanusiaan dan anti perang tak memiliki tujuan khusus ketika menuliskan lagu tersebut.

“Selama beberapa bulan ini, saya telah membuat musik untuk menyebarkan kebenaran tentang Israel dan supremasi Yahudi. Setelah serangan balasan Iran, ide menulis lirik tentang ledakan di Tel Aviv muncul begitu saja,” ujarnya pada Tehran Times.

Dalam lagu tersebut, Gage mengekspresikan dukungan militer atas serangan balasan yang dilakukan oleh Iran.

Sikap Israel yang selama ini mengabaikan tekanan internasional, membunuh masyarakat sipil, hingga membuat lelucon atas aksinya di media sosial, kini mendapatkan ganjarannya.

“Akhirnya melihat Israel membayar kejahatannya dengan berbagai cara, bentuk, atau rupa, karena mereka tidak hanya lolos dari genosida selama dua tahun terakhir, tetapi juga telah melakukan spionase, terorisme, bendera palsu, pembunuhan, dan kejahatan perang,” ungkap Gage.

Boom Boom Tel Aviv

Lewat lagu "Boom, Boom, Tel Aviv" Gage berhasil menyampaikan kritik politik terhadap Israel, mengemasnya dalam dentuman musik yang universal hingga mampu diterima oleh masyarakat global.

Pesan satir dalam lagunya menjadi kutukan terbuka bagi Israel atas praktik kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan selama 2 tahun terakhir.

Jika serangan Iran mewakili keinginan sebagian warga dunia untuk melihat hukuman bagi Israel si pelaku genosida yang kebal hukum, maka Gage mewakili hasrat mereka untuk menyumpahi negara pendudukan Israel ketika dihukum.

"Rasain, Loe!" begitulah kurang-lebihnya.

Siapakah Sosok Lucas Gage?

Lahir pada 18 Mei 1984 di Italia, pria bernama asli Angelo John Gage ini diboyong orang tuanya ke AS pada usia 2 tahun. Layaknya kaum kulit putih umumnya, dia menikmati privilise sebagai warga kelas menengah medioker di AS.

Berang melihat peristiwa serangan 9/11, Gage yang baru berusia 17 tahun mendaftar untuk masuk Korps Marinir. Dia dinyatakan lulus lalu bertugas di Batalyon Dukungan Insinyur ke-8 di Camp Lejeune, Carolina Utara selama 4 tahun.

Ia mengikuti operasi militer ke Irak dua kali, untuk Operasi Pembebasan Irak pada 2003 dan Operasi Kebebasan Abadi pada 2004. Di situlah dia merasakan pahitnya peperangan dan matanya mulai terbuka melihat aspek politik dan bisnis di balik perang.

Setelah pensiun sebagai marinir, Gage yang merasa bersalah atas keterlibatannya di perang Irak, sempat mengidap depresi akibat perang atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Angelo John GageIa berusaha melakukan penebusan dengan memasuki dunia politik, memperjuangkan aspirasi warga anti-perang. Ia bergabung dengan National Youth Front (NYF), sayap pemuda Partai Kebebasan Amerika (AFP).

Pada 2014, ia mencalonkan diri menuju kursi kongres di New Jersey lewat AFP, tetapi karena sistem politik AS tak ramah bagi politisi bermodal gurem, dia gagal.

Kini, Gage menapaki karirnya sebagai aktivis dan seniman. Sebelum dikenal lewat karya "Boom, Boom, Tel Aviv," dia menulis lagu “fuck ISRAEL”, “Jewish Supremacy” dan lagu lain bertema politik yang dia unggah di situs web pribadinya.

Dia langsung merilis lagu "Death to IDF" merespons gelombang serangan media dan kelompok pro-zionis terhadap musisi Bob Vylan yang menyerukan jargon tersebut di festival musik Glastonbury.

Dicekal dan Dibungkam Halus

Berbeda dari seniman anti-Iran yang mendapat ruang bebas di tahun 1980 sampai sekarang terutama jika pelakunya warga Israel, Gage menghadapi jalan terjal karena peran aktivisme dan karya lagunya yang mengusik Israel.

Dunia tahu betul bahwa lagu rasis dan ofensif terhadap Iran yakni "Bomb Iran" mendapat sambutan luas di publik AS tahun 1980, dan tak ada upaya pembungkaman oleh raksasa teknologi ketika lagu tersebut diangkat kembali akhir-akhir ini.

Sejak tahun 1980, negara yang mengeklaim sebagai pemimpin demokrasi ini membiarkan lagu rasis itu beredar luas. Padahal, liriknya jelas menyerukan pengeboman, perusakan masjid, pembunuhan kepala negara, bahkan pengeboman nuklir:

Bomb, bomb, bomb, bomb, bomb Iran

Bomb, bomb, bomb, bomb, bomb,.. bomb Iran!

Let's take a stand, bomb Iran!

Our country's got a feelin'

Really hit the ceilin',.. bomb Iran

Bomb, bomb, bomb,.. bomb Iran

Went to a mosque, gonna throw some rocks

Tell the Ayatollah, "Gonna put you in a box!"

Bomb Iran. Bomb, bomb, bomb,.. Bomb Iran

Our country's got a feelin'

Really hit the ceilin',.. bomb Iran

Bomb, bomb, bomb, bomb Iran

Ol' Uncle Sam's gettin' pretty hot

Time to turn Iran into a parking lot

Bomb Iran. Bomb, bomb, bomb,... Bomb Iran

Our country's got a feelin'

Really hit the ceilin', bomb Iran

Bomb, bomb, bomb, bomb Iran

Call the volunteers; call the bombadiers;

Call the financiers; better get their ass in gear

Bomb Iran. Bomb, bomb, bomb,... Bomb Iran

Our country's got a feelin'

Really hit the ceilin', bomb Iran

Bomb, bomb, bomb, bomb Iran

(Let's nuke 'em! Whoo!)

Presiden AS Donald Trump bahkan memposting video dengan latar belakang lagu yang dinyanyikan band bernama Vince Vance & the Valiants tersebut. Tidak ada hujatan, pembungkaman, atau sensor oleh korporasi pemilik platform media sosial.

Bomb Iran

Nasib sebaliknya dialami Gage, seperti halnya Bob Vylan. Tudingan 'antisemit,' 'pembenci Israel', dan 'rasis' membombardir.

Akun media sosial Gage, terutama di X dan YouTube, kena cekal karena “berisik” perihal konflik Israel dan Palestina. Terlebih, rekam jejaknya memang banyak mengangkat tema anti-zionisme dan sering mengutip Adolf Hitler.

Dia pun menjadi target utama organisasi Anti-Defamation League (ADL) yang bertujuan menggilas narasi publik pengganggu kepentingan zionisme.

Meski akunnya telah dibredel berkali-kali, Gage tak patah arang untuk berdiri di atas kemanusiaan, menjadi semacam penebusan dosa atas keterlibatannya di perang Irak.

Baca Juga: Ditutup Soeharto, Kritik Ismail Marzuki di Lagu 'Hari Lebaran' Menyelinap

Gage harus mengganti nama akun untuk tetap bisa bersuara. Dari situlah dia mengubah namanya dari Angelo John Gage menjadi Lucas Gage yang ia ajukan sejak 2 Agustus 2022.

Pada 6 Maret 2023, secara resmi namanya berganti. Gage pun kembali bersuara dan berkarya lewat akun pribadinya di X dan di platform media sosial non-mainstream seperti Rumble.

“Orang-orang di dunia sebagian besar digerakkan oleh emosi. Musik adalah alat yang ampuh untuk menjangkau hati mereka karena musik menggerakkan emosi kita tidak seperti yang lainnya,” tutur Gage kepada Tehran Times. (mhf)

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram TheStanceID.

\