TheStance - Israel lagi-lagi membunuh jurnalis Al-Jazeera, kali ini Anas Al-Sharif dalam serangan bom terhadap sebuah tenda di rumah sakit Al-Shifa Gaza, yang diperuntukkan dan difungsikan sebagai 'ruang pers.'

Bom laknat yang dijatuhkan pada Senin fajar (11/8/2025) tersebut membunuh Anas dan lima jurnalis lainnya. Salah satunya adalah koresponden Al-Jazeera Mohammed Quraiqa.

Tiga korban lainnya yang tewas di tempat adalah pewarta foto yakni Ibrahim Thaher, Moamen Aliwa, dan Mohammed Nofal. Jurnalis foto media Sahat, yakni Mohammed Al-Khalidi, menghembuskan nafas terakhir akibat luka parah meski sempat dirawat.

Militer Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dalam sebuah pernyataan kepada Al-Jazeera, dengan mengeklaim bahwa Anas adalah pemimpin unit sayap bersenjata Hamas.

Anas menjadi jurnalis ke-233 yang dibunuh Israel tanpa bukti, tanpa peradilan, dan lagi-lagi: tanpa kutukan dari dunia internasional.

Sejauh ini menurut penelusuran The Stance, sebanyak 232 jurnalis terbunuh sebagaimana dilaporkan Watson Institute for International and Public Affairs terakhir (per 4 April 2025).

The Stance memutuskan mengangkat wasiat yang ditulis Anas semasa hidup, sebagai bentuk protes atas pembunuhan Israel yang tanpa henti, tanpa peradilan dan tanpa kutukan terhadap jurnalis Palestina.

***

Mushab Al-Sharif

Ini adalah wasiat dan pesan terakhir saya

Jika kata-kata ini sampai kepada Anda, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuh saya dan membungkam suara saya.

Pertama-tama, semoga damai dan rahmat serta berkah Allah senantiasa menyertai Anda.

Tuhan tahu saya telah mengerahkan seluruh upaya dan kekuatan saya untuk menjadi pendukung dan suara bagi rakyat saya sejak saya membuka mata terhadap kehidupan di gang-gang dan jalan-jalan Kamp Pengungsi Jabalia.

Harapan saya adalah Tuhan menganugerahkan saya kehidupan agar saya dapat kembali bersama keluarga dan orang-orang terkasih ke kota asal kami, Ashkelon (Al-Majdal), yang kini telah diduduki.

Namun, kehendak Tuhan lebih cepat, dan penghakiman-Nya tak terelakkan.

Saya telah menjalani setiap detil kepedihan, merasakan duka dan kehilangan berulang kali, namun saya tak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya—tanpa distorsi atau perubahan—berharap Tuhan akan menyaksikan mereka yang tetap diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, mereka yang mencekik napas kami, mereka yang hatinya tak tergerak oleh jasad anak-anak dan perempuan kami yang tercerai-berai, dan mereka yang tidak menghentikan pembantaian yang telah diderita rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun.

Baca Juga: Hossam Shabat, Dia yang Terus Bersuara Bahkan dalam Kematiannya

Saya mempercayakan Palestina kepada Anda, permata mahkota umat Islam dan detak jantung setiap orang merdeka di dunia ini.

Saya mempercayakan rakyatnya dan anak-anaknya yang tak berdosa yang tak diberi kesempatan seumur hidup untuk bermimpi atau hidup dalam keamanan dan kedamaian.

Tubuh mereka yang murni telah dihancurkan oleh ribuan ton bom dan roket Israel—terkoyak dan berserakan di dinding.

Saya mendesak kalian untuk tidak dibungkam oleh rantai atau dibatasi oleh sekat-sekat.

Jadilah jembatan menuju pembebasan tanah dan rakyat Palestina hingga matahari martabat dan kebebasan terbit di atas tanah air kita yang dicuri.

Saya mempercayakan keluarga saya kepada kalian.

Saya mempercayakan kepada kalian buah hati saya, putri saya tercinta, Sham, yang tak pernah saya lihat tumbuh seperti yang saya impikan.

Saya mempercayakan kepada kalian putra saya tersayang, Salah, yang ingin saya dukung dan dampingi hingga ia tumbuh lebih kuat, memikul beban saya, dan melanjutkan misi.

Saya mempercayakan kepada kalian ibu saya tercinta, yang doanya telah menjadi kekuatan saya dan cahayanya telah membimbing jalan saya. Saya berdoa agar Tuhan melegakan hatinya dan membalasnya dengan yang terbaik untuk saya.

Saya juga mempercayakan kepada kalian pendamping hidup saya, istri saya tercinta, Umm Salah Bayan, yang telah dipisahkan perang dari saya selama berhari-hari dan berbulan-bulan, namun ia tetap teguh bagaikan batang pohon zaitun yang tak goyah—sabar dan teguh hati—memikul tanggung jawab saat saya tiada dengan kekuatan dan iman.

Saya mohon kepada kalian untuk mendampingi mereka dan menjadi penopang mereka setelah Allah SWT.

Jika saya mati, saya mati dengan teguh pada prinsip-prinsip saya. Saya bersaksi kepada Allah bahwa saya ridha dengan ketetapan-Nya, yakin akan pertemuan dengan-Nya, dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan abadi.

Ya Allah, terimalah saya di antara para syuhada, ampunilah dosa-dosa saya yang telah lalu dan yang akan datang, dan jadikanlah darah saya cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi umat dan keluarga saya.

Maafkanlah saya jika saya lalai, dan doakanlah saya agar diampuni, karena saya telah setia pada janji saya, tanpa perubahan dan tanpa ingkar.

Jangan lupakan Gaza.

Dan jangan lupakan saya dalam doa-doa kalian yang saleh untuk ampunan dan keridhaan-Nya.

Anas Jamal Al-Sharif.*** (ags)

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.