
Oleh Harun Al-Rasyid Lubis. Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB), Chairperson Infrastructure Partnership & Knowledge Center (IPKC), yang pernah aktif sebagai Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional.
Banyak pertanyaan mengemuka seputar proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Tulisan ini bertujuan menjawab secara teknis dan finansial. Untuk hal-hal non-teknis seperti tuduhan korupsi, kita percayakan saja pada proses hukum yang berlaku.
Mitra China vs Jepang: Memahami Pertimbangan Strategis
Pilihan jatuh ke China setelah pertimbangan matang. Berikut perbandingan kuncinya:
· Jepang (2014): Biaya US$6,4 miliar, dengan jaminan APBN. Bunga pinjaman sangat rendah (0,1%), tetapi risiko ditanggung negara.
· China (2015): Biaya US$5,5 miliar, tanpa jaminan APBN. Skema businesss-to-business melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), di mana konsorsium Indonesia memegang 60% dan China punya 40%.
Bunga pinjaman 2% mencerminkan risiko yang ditanggung swasta.
Kesimpulan: Pilihan ke China adalah pilihan untuk menghindari beban APBN dan memindahkan risiko konstruksi dan operasional ke korporasi. Ini adalah strategi finansial yang lebih konservatif untuk negara.
Cost Overrun dan Keterlibatan Pemerintah: Menjaga Kedaulatan
Kenaikan biaya terjadi akibat faktor yang kompleks
· Pembebasan lahan yang tertunda.
· Masalah geoteknik (seperti clay shale dan batuan keras) yang tidak terduga.
· Pandemi Covid-19 yang mengacaukan logistik dan rantai pasok.
Ketika konsorsium Indonesia kesulitan menambah dana (chip in), pemerintah turun tangan. Langkah ini kritis untuk mencegah delusi saham, di mana pihak China bisa menjadi mayoritas dan mengendalikan proyek strategis ini.
Intervensi pemerintah adalah untuk melindungi kedaulatan dan kepentingan nasional.

Mahalnya Biaya per Km: Faktor Lokal yang Unik
Membandingkan harga per km KCJB dengan di China tidak apple-to-apple. Perbedaannya disebabkan:
· Topografi & Geologi: Jalur KCJB didominasi oleh elevated track (90% lebih) dan terowongan yang menembus wilayah geologi kompleks. Biaya konstruksi jembatan dan terowongan jauh lebih tinggi daripada rel di tanah datar.
· Sistem Kepemilikan Lahan & Upah Tenaga Kerja: Kedua faktor ini secara signifikan mempengaruhi biaya.
Manfaat Lebih Besar: Melihat Melampaui Rute Jakarta-Bandung
Nilai strategis KCJB tidak hanya pada rute pertamanya, tetapi pada potensi pengembangannya:
· Menghidupkan Bandara Kertajati: Perpanjangan ke Kertajati akan mengubah bandara yang "sepi" menjadi hub yang kompetitif, setara dengan waktu tempuh ke Bandara Soekarno Hatta (Soetta).
· Pengembangan Wilayah & TOD (Transit-Oriented Development): KCJB adalah tulang punggung untuk membangun kawasan ekonomi baru di sekitar stasiun, menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
· Alih Teknologi & Pembelajaran: Ini adalah laboratorium raksasa bagi insinyur dan pekerja Indonesia untuk menguasai teknologi high-speed rail.
Pasar layanan kereta Cepat lanjutan menuju Surabaya masih open bagi pemasok lain dan tidak mesti bermitra bersama China kalau ada yang lebih effisien— fair competitive for the market.
Kepentingan alih dan curi teknologi dapat ditambahkan dalam kriteria tender terbuka.
Kerangka kebijakan dan pilihan rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya bisa didudukkan kembali, salah satu opsi lanjutan KCJB cukup hingga Cirebon, sebagai feeder kereta cepat baru Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Juanda-Surabaya.
Baca Juga: Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Proyek Whoosh: KPK Wajib Usut Tuntas!
Sikap ke Depan: dari Penonton Menuju Pemain
Daripada terbelenggu dalam proyek, mari fokus pada langkah strategis ke depan:
· Dukung dan Awasi: Dukung operasional KCIC dan awasi dengan kritis.
· Maksimalkan Pembelajaran: Apakah ada mekanisme sistematis untuk mendokumentasikan semua pelajaran proyek ini? Ini harus menjadi prioritas bagi universitas, lembaga penelitian, dan kontraktor lokal. Setiap tantangan yang diatasi adalah modul berharga untuk proyek berikutnya.
· Siapkan Diri untuk Tahap Selanjutnya: Tujuan akhirnya adalah agar dalam proyek perpanjangan ke Surabaya, kontribusi dan kepemimpinan anak bangsa jauh lebih besar.
Proyek KCJB adalah investasi strategis dengan kompleksitasnya sendiri. Dengan memahami pertimbangan di balik pilihan mitra, penyebab kenaikan biaya, dan potensi manfaat jangka panjangnya, kita dapat memiliki diskusi yang lebih objektif.
Sekarang kereta telah berjalan. Marilah kita bersama-sama mengawal, mengawasi, dan memastikan bangsa ini menjadi pemain utama dalam pengembangan infrastruktur strategis di masa depan.***
Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.