Apa itu Pager dan Mengapa Israel Diduga Meledakkannya di Lebanon?

Mossad punya rekam jejak melakukan operasi penanaman bom mini di ponsel pribadi yang menyasar musuhnya.

By
in Now You Know on
Apa itu Pager dan Mengapa Israel Diduga Meledakkannya di Lebanon?
Perangkat Pager yang meledak di Lebanon pada Selasa (17/9/2024) bermerek Gold Apollo, milik perusahaan Taiwan. (Sumber: foto amatir warga Lebanon)

Jakarta, TheStanceID - Al Qaeda yang dikategorikan sebagai teroris karena dituding menyerang warga sipil di menara kembar World Trade Center (WTC), Amerika Serikat (AS), pada 11/9/2001 mendapat pesaing malu-malu. Namanya Israel.

Pada Selasa (17/9/2024), serangkaian serangan siber menyasar perangkat bernama pager di Lebanon, yang memicu jatuhnya ribuan korban jiwa di kalangan sipil. Israel diduga menjadi dalang serangan tersebut, yang bisa dikategorikan sebagai terorisme negara (state terrorism).

Kementerian Kesehatan Lebanon, sebagaimana dikutip BBC, menyebutkan gelombang pertama serangan yang menyasar perangkat pager, membunuh 12 orang sipil dan melukai 3.000 orang di Lebanon.

Ledakan dilaporkan terjadi pada 5.000 perangkat pager yang baru diimpor dari pabrikan Taiwan lima bulan yang lalu, bermerek Gold Apollo. Namun produk yang bermasalah tersebut diklaim berasal dari pabrikan di Hungaria pemegang lisensi penggunaan merek Gold Apollo.

Adapun gelombang kedua menyasar perangkat elektronik lain–mulai dari Iphone, walkie talkie, laptop, hingga panel surya yang terhubung jaringan nirkabel (wifi)–memicu kematian sebanyak 20 orang dan melukai 450 lainnya.

Apa Itu Pager?

Pager, yang juga dikenal sebagai penyeranta, adalah alat penerima pesan tertulis melalui sinyal radio, yang dioperasikan dengan baterai. Ketika pesan masuk, alat ini memberi tahu penggunanya melalui suara atau getaran.

Penyeranta sangat populer sejak akhir 1980-an hingga 1990-an. Namun, pada tahun 2000-an, ponsel pintar murah dengan daya tahan baterai yang lebih baik memicu perpindahan pengguna penyeranta ke komunikasi seluler.

Ada dua jenis penyeranta yang diproduksi selama ini. Pertama penyeranta satu arah yang hanya bisa menerima pesan, dan kedua, penyeranta dua arah yang bisa menerima sekaligus mengirimkan pesan.

Kesederhanaan penyeranta membuatnya sangat berguna dalam industri seperti perawatan kesehatan, layanan darurat, dan jurnalisme, di mana komunikasi yang andal dan cepat sangatlah penting.

Mengapa Masih Digunakan?

Meskipun ketinggalan zaman, penyeranta masih digunakan karena keandalan. Dalam keadaan darurat ketika jaringan seluler gagal atau tidak tersedia, penyeranta dapat terus beroperasi karena berbasis sinyal radio.

Penyeranta juga menghilangkan kebisingan peringatan telepon pintar sehari-hari, memastikan bahwa pesan yang terkirim adalah pesan penting.

Tidak seperti ponsel pintar, penyeranta tidak memiliki global positioning system (GPS) atau Bluetooth, sehingga lebih menawarkan privasi karena sulit dilacak. Hal ini membuat penyeranta sangat berguna dalam industri sensitif seperti layanan kesehatan atau keamanan.

Selain itu, daftar kontak di penyeranta yang selektif memungkinkan pengguna menghindari komunikasi yang tidak diinginkan. Biasanya hanya kontak utama yang memiliki akses ke nomor penyeranta, memastikan pesan penting sampai ke tujuan mereka.

Bagaimana Penyeranta Meledak?

Reuters melaporkan bahwa ledakan penyeranta di Lebanon terjadi dalam kurun waktu satu jam, di mana alat tersebut berbunyi sehingga pengguna otomatis memegang dan mendekatkannya ke wajah untuk memeriksa pesan yang masuk.

Ledakan pun terjadi dan memicu kematian karena mengenai anggota tubuh yang vital seperti kepala, jantung, dan paru-paru. Adapun cedera parah umumnya terjadi pada bagian pinggang, paha, dan tangan para korban jika mengacu pada video amatir yang didapatkan TheStanceID.

Skala ledakan tidaklah besar, dan hanya melukai orang yang ada di radius 1 meter di sekitar lokasi. Namun karena ribuan penyeranta meledak secara bersamaan, jumlah korban pun berjatuhan tanpa pandang bulu.

Dua anak juga jatuh menjadi korban karena mereka memungut penyeranta yang berdering manakala ada pesan yang masuk. Hal ini menjadikan ledakan panyeranta tersebut menjadi semacam granat ringan yang diledakkan di luar zona perang.

Hizbullah sejauh ini hanya mengumumkan jatuhnya 3 korban jiwa di kalangan anggotanya. Namun demikian, anggotanya yang terluka diperkirakan mencapai ratusan orang.

Jika diasumsikan bahwa semua korban berjumlah 3.000-4000 orang itu adalah milisi Hizbullah, maka jumlahnya hanya setara 3-4% dari total kekuatan tempurnya. Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengklaim pihaknya memiliki 100.000 milisi siap tempur.

Mengapa Israel Dituding?

Meledaknya penyeranta di Lebanon memicu dugaan bahwa Israel sedang berusaha melumpuhkan milisi Hizbullah. Jikapun tidak memicu jatuhnya korban secara signifikan, setidaknya membuat sistem komunikasi mereka terganggu.

Ledakan diduga terjadi bukan melalui mekanisme pemanasan baterai, melainkan penanaman alat peledak mini. Pasalnya, ledakan baterai lithium akibat overheating biasanya terjadi ketika baterai terisi penuh, tutur Ofodike Ezekoye, seorang profesor teknik mesin di University of Texas.

"Di bawah 50 persen (baterai)... ia hanya akan menghasilkan asap dan uap, tetapi tidak ada kebakaran atau ledakan. Sangat tidak mungkin bahwa setiap orang yang penyerantanya meledak [di Lebanon] memiliki baterai yang terisi penuh," katanya seperti dikutip Al Arabiya.

Agen intelijen Israel, alias Mossad, sebelumnya diketahui telah menempatkan bahan peledak di ponsel pribadi untuk menargetkan musuh, sebagaimana diulas di buku Rise and Kill First yang terbit pada tahun 2018.

Seiring dengan ledakan tersebut, rezim pendudukan Israel mengumumkan sedang menyiapkan fase perang selanjutnya untuk menyerang Hizbullah di Lebanon. (ags)

\