Rabu, 20 Agustus 2025
Term of Use Media Guidelines

Robert F. Kennedy Jr: Kartu dan Gincu Trump untuk Sikat Raksasa Farmasi

Ketika JFK jadi presiden (1961), penyakit kronis belum marak di AS. Kini, bisnis penyakit kronis tembus US$4 triliun (Rp67.000 triliun).

By
in Big Shift on
Robert F. Kennedy Jr: Kartu dan Gincu Trump untuk Sikat Raksasa Farmasi
Robert F. Kennedy Jr (RFK Jr) berjabat tangan dengan presiden terpilih AS Donad Trump pada malam pidato kemenangan di Florida, AS (6/11/2024). Sumber: https://x.com/RobertKennedyJr/

Jakarta, TheStanceID – Dikenal atas sikap kritisnya terhadap pemaksaan penggunaan vaksin tak layak edar, Robert F. Kennedy Jr (Bobby Kennedy) ditunjuk presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membereskan industri farmasi.

Sukses mengamankan posisinya di Gedung Putih dan Senat dengan jargon Make America Healthy Again (bikin warga Amerika sehat lagi), Trump mengirim sinyal bahaya bagi raksasa farmasi di AS.

Mereka yang selama ini menikmati berkah dari krisis kesehatan melalui penjualan obat ugal-ugalan dan vaksin tak layak edar bakal menghadapi Bobby yang akan menjadi sosok kunci di balik kebijakan reformasi layanan kesehatan di AS pada era Trump.

"Dia pria yang hebat dan benar-benar bersungguh-sungguh. Dia ingin melakukan beberapa hal, dan kita akan membiarkannya melakukan itu semua," kata Trump di sela-sela pidato kemenangannya, seperti dikutip Newsweek (6/11/2024).

Reuters bilang bahwa Bobby telah dimintai keterangan mengenai sosok pemimpin Departemen Kesehatan dan Pelayanan Orang (Department of Health and Human Service/HHS) dan sosok ketua Balai Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA).

"Presiden Trump memberinya waktu 2 tahun untuk menunjukkan kiprahnya," kata Del Bigtree, Direktur Komunikasi kampanye Kennedy. "Presiden Trump sangat tertarik pada pilihan yang menurut Bobby Kennedy akan menyelesaikan pekerjaan."

Mengulang Sepak Terjang JFK

Jika Bobby betul-betul dipilih Trump menjadi tokoh kunci memperbaiki sistem kesehatan dan pengobatan di AS, maka pria yang sering dipanggil RFK Jr ini berpeluang mengulang kiprah pamannya yakni John F. Kennedy (JFK).

Meski dilobi dan ditekan oleh pengusaha farmasi, pegawai FDA di era JFK yakni Francis Kelsey menolak memberikan izin edar untuk obat bernama thalidolmide, karena minimnya bukti keamanan obat tersebut.

AS terselamatkan karena rupanya obat tersebut memiliki efek samping merusak janin. Belajar dari kasus itu, Francis pun mengegolkan aturan untuk memperketat industri farmasi dengan mengamandemen UU Kefauver Harris.

Atas kiprahnya, Francis diberi penghargaan President's Award for Distinguished Federal Civilian Service pada tahun 1962. JFK mempromosikannya menjadi Direktur Bagian Investigasi Obat di FDA.

Setahun kemudian, JFK ditembak mati. Wakil Presiden Lyndon B. Johnson menggantikan posisinya sebagai presiden, dan pada tahun 1966 mencopot Francis dari posisinya.

Pengusaha Farmasi Menolak

Di tengah naiknya RFK Jr, pelaku industri farmasi pun angkat suara menentang. Kelly Moore, Kepala Eksekutif Immunize.org—LSM pendorong vaksin—menilai pengaruh Kennedy terhadap kebijakan vaksin akan “dipastikan sangat disesalkan.”

“Kita perlu memiliki seseorang yang akan mendasarkan dirinya pada sains dan bukti dan bukan seseorang yang menolaknya," tuding John Maraganore, mantan bos perusahaan farmasi Alnylam Pharmaceuticals, seperti dikutip FT.

Saham Alnylam tercatat di bursa Nasdaq, dan dikenal sebagai pelopor teknologi pengobatan berbasis RNAi (RNA interference). Teknologi ini pada intinya mengedit sel manusia yakni asam robonukleat (RNA) untuk menekan protein sel pemicu sakit.

Ketika pandemi Covid-19, kita mengenal vaksin berbasis messenger RNA (mRNA). Vaksin mRNA milik Pfizer, BioNTech, dan Moderna saat itu banyak dipakai dan belakangan diketahui memiliki efek samping berupa kenaikan risiko peradangan jantung.

Studi berjudul “Covid-19: Two Rare Vaccine Side Effects Detected in Large Global Study” (2024) menyebutkan bahwa penerima vaksin berbasis mRNA berisiko lebih besar terkena myocarditis dan pericarditis.

Namun studi tersebut menegaskan bahwa keduanya belum terbukti memiliki hubungan keterkaitan.

Target Kampanye Sumir

Soal vaksin, Kennedy dikenal sangat vokal dan kritis. Hal ini lantas membuahkan cibiran bahwa dirinya adalah seorang aktivis anti-vaksin.

Tudingan itu muncul sejak dia menulis buku The Real Anthony Fauci: Bill Gates, Big Pharma, and the Global War on Democracy and Public Health (2021). Buku tersebut bertengger nyaris setengah tahun sebagai ‘best seller’ di New York Times.

“Saya 40 tahun berjuang melawan merkuri di ikan, tidak ada yang menyebut saya anti-ikan. Saya mendukung ide bahwa kita perlu sabuk pengaman di mobil, tidak ada yang menyebut saya anti-mobil. Saya ingin vaksin yang aman seperti obat lainnya dan diuji secara memadai, bukan berarti saya anti-vaksin," katanya dalam wawancara PBS.

Dia juga membuat gerah raksasa farmasi ketika secara terang-terangan menuding Sanofi, Merck, Pfizer dan GlaxoSmithKline, alias the big four, mengambil keuntungan melalui tata kelola produk farmasi amburadul, yang memicu kematian warga AS.

Mereka adalah produsen 72 vaksin wajib bagi anak-anak AS. Satu dekade terakhir, mereka mengaku bersalah dan membayar denda US$35 miliar sebagai hukuman pidana dan ganti rugi atas kematian para penerima vaksin dan obat mereka.

“Cara bagaimana sistem dibuat, cara bagaimana produknya dijual ke dokter, cara bagaimana agar tidak ada yang pernah masuk penjara sehingga tidak ada hukuman [dan] semuanya menjadi bagian dari ongkos dalam bisnis," katanya dalam Lex Clips.

Kennedy Jr. juga bikin kaum liberal gerah karena kritikan pedasnya terhadap prosedur terapi hormon dan operasi ganti kelamin pada anak yang longgar dan tak perlu diintervensi orang tua. Padahal, untuk kasus lain persetujuan orang tua sangatlah mutlak.

"Anak di bawah umur tidak boleh mengemudi, ikut pilpres, jadi tentara, membuat tato, merokok, atau minum, karena kita tahu bahwa anak-anak tidak sepenuhnya memahami konsekuensi dari keputusan yang memiliki konsekuensi seumur hidup," cuitnya.

Kritikan itu menjadi tamparan keras bagi industri farmasi. Mereka dikabarkan meraup keuntungan ratusan juta dolar dari terapi hormon dan operasi ganti kelamin terhadap anak-anak remaja yang kebingungan dengan orientasi gender mereka.

Reformasi Industri Farmasi

Dalam bukunya, RFK Jr. telah menunjukkan data statistik bagaimana separuh anggaran FDA (regulator farmasi) berasal dari suntikan dana perusahaan farmasi (yang semestinya diregulasi). Benturan kepentingan seperti inilah yang menurut dia harus dihentikan.

“Ada seluruh departemen yang harus dihilangkan seperti Departemen Nutrisi di FDA,” tutur Kennedy dalam wawancara kepada MSNBC beberapa jam setelah kemenangan Trump diumumkan.

Selain itu, dia menilai regulasi kesehatan dan makanan harus diperbaiki, dan hukuman yang lebih keras harus dijatuhkan kepada perusahaan makanan dan farmasi yang menggunakan produk berbahaya, agar tercipta efek jera.

Menurut dia, AS tertinggal dalam aspek perlindungan kesehatan konsumen jika dibandingkan dengan negara lain. Dia pun menyerukan AS untuk mengubah sistem perawatan dan layanan kesehatan dengan mengacu pada negara lain.

Pengacara dan aktivis pro-lingkungan ini memang tak hanya getol mengritik obat dan vaksin. Dia juga memprotes normalisasi penggunaan produk kimia berbahaya dalam asupan keseharian warga AS.

Salah satunya adalah Pewarna Kuning 5 (Yellow Dye No. 5). "Itu hanya salah satu dari setidaknya 100 racun kimiawi yang diizinkan oleh badan kesehatan kita [FDA] untuk dimasukkan ke makanan anak-anak kita," kata RFK Jr. dalam cuitannya.

Namun, berbagai suara vokal Kennedy tersebut bakal membentuk tembok, yang dibangun bukan hanya oleh raksasa farmasi yang dia serang, melainkan juga oleh Trump sendiri selaku presiden yang membela raksasa lain yakni korporasi minyak.

Pengusaha Minyak Aman

Kennedy boleh mengritik penggunaan Pewarna Kuning 5, tapi dia tak bakal bisa melarang pemakaian produk tersebut, karena bakal mengusik kepentingan raksasa minyak.

Pewarna Kuning 5 adalah warna tar batu bara yang muncul sebagai produk sampingan ketika batu bara diubah menjadi kokas metalurgi. Sekarang, ia dibuat dari minyak bumi dengan harga yang jauh lebih murah dari pewarna makanan alami.

“Tapi Bobby, serahkan urusan minyak padaku. Kita punya lebih banyak emas cair: minyak dan gas. Kita memiliki lebih banyak emas cair daripada negara manapun di dunia. Lebih dari Arab Saudi. Lebih dari Rusia. Bobby, jauhi emas cair. Di luar itu, bersenang-senanglah, Bobby," tutur Trump.

Pernyataan Trump tersebut menjadi indikasi kuat bahwa RFK Jr. tak sepenuhnya jadi kartu pengubah keadaan, melainkan juga gincu untuk memoles citra selama kampanye.

Berhasil membuka mata masyarakat AS terkait borok industri farmasi, RFK Jr. bakal menghadapi jalan terjal untuk mengikuti jejak pamannya memperkuat regulasi industri farmasi. (ags)

\