Oleh Abdullah Hehamahua, aktivis dan politikus Islam Indonesia yang menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi, pernah menjadi penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (2005–2013) dan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam periode 1978–1981.

Saya, anda, pembaca, hampir seluruh kegiatan rutin di rumah dilakukan sendiri. Saya bisa mandi sendiri. Saya juga buang hajat kecil dan besar di toilet sendirian.

Namun, sewaktu terbaring lemah di rumah sakit, istrilah yang mencebok dan menyuapi makanan, pagi, siang, dan malam.

Saya, dalam keadaan normal, seperti pesan Nabi Muhammad SAW, ketika suami istri bersenggama, mereka tidak boleh saling melihat kemaluannya. Olehnya, mereka harus berada di dalam satu selimut.

Namun, sewaktu terbaring lemah di rumah sakit, isteri dapat melihat langsung penisku ketika membersihkan tubuhku. Bahkan, sewaktu isteri pulang ke rumah untuk istirahat, tugasnya dilakukan secara bergantian oleh anak-anakku.

Apa yang harus kusombongkan?

Ternyata, hanya Allah SWT yang berhak sombong. Sebab, Allah SWT adalah Maha Perencana, Maha Pencipta, Maha Pemilik, Maha Penguasa, Maha Pentadbir, Maha Pengawas, dan Maha Memutuskan segala urusan makhluk-Nya.

Baca Juga: Di Balik Film 'Sore' : Ketika Manusia Terjungkal di Depan Waktu

Fir’aun, bukan hanya raja dan penguasa berkuasa penuh di Mesir. Sebab, beliau juga melantik dirinya sebagai “tuhan.” Bahkan, beliau perintahkan perdana menterinya, Haman membangun menara ke langit guna melihat istananya Tuhan Nabi Musa.

Fir’aun karena sombongnya, tidak mau ada yang menjadi saingan dirinya. Olehnya, Fir’aun perintahkan aparatnya untuk membunuh anak lelaki yang lahir di Mesir.

Namun, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya. Bayi Musa dipelihara oleh istri Fir’aun, Asiyah di dalam istana Fir’aun sendiri.

"(yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku." (QS Thaha: 39).

Ayat Al-Qur’an ini menegaskan kemaha-kuasaan Allah SWT. Fir’aun yang tadinya membunuh setiap bayi lelaki, tapi bayi Musa justru dipelihara dalam istananya sendiri. Maknanya, manusia (Fir’aun) membuat makar, tapi Allah lebih hebat makar-Nya.

“Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya (QS Ali Imran: 54).”

Fir’aun Ditenggelamkan Allah SWT

Nabi MusaFir’aun yang karena sombong sebagai raja dan ”tuhan” Mesir, bersama pasukannya mengejar Musa dan pengikutnya yang meninggalkan Mesir.

Musa dan pengikutnya sampai di tepi laut Merah. Fir’aun dan pasukannya berada di belakang Musa dan pengikutnya. Situasi sangat genting. Musa pasrah atas kemahakuasaan Allah SWT.

“…. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran: 159).

Musa lalu memukul laut itu dengan tongkatnya. Laut terbelah. Musa dan pengikutnya pun diselamatkan Allah SWT. Namun, Fir’aun dan pasukannya yang mengejar Musa, ditenggelamkan di tengah Laut Merah.

Sebab, setelah Musa dan pengikutnya tiba di seberang pantai, Allah SWT menutup kembali Laut Merah tersebut. Konsekuensi logisnya, Fir’aun dan pasukannya, mati tenggelam.

Namun, jenazah Fir’aun diselamatkan Allah SWT sebagai pelajaran bagi manusia. Jenazah Fir’aun dapat disaksikan sekarang ini di Museum Kairo, Mesir.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS Yunus: 92).

Indonesia pernah punya beberapa Fir’aun seperti Soekarno yang melantik dirinya sebagai presiden seumur hidup. Namun, meninggalnya dalam status tahanan rumah.

Hal yang sama terjadi dengan Soeharto sebagai bapak Pembangunan selama 32 tahun. Meninggalnya dalam status terdakwa.

Bahkan, Jokowi yang mau jadi raja Solo dan presiden tiga periode, dinominasi sebagai koruptor nomor dua kelas dunia oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Simpulannya, saya, anda, bahkan semua makhluk tidak boleh sombong. Sebab, hanya Allah SWT yang berhak sombong. (Bersambung)***

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.