Kamis, 17 Juli 2025
Term of Use Media Guidelines

Kebohongannya Terus Terbongkar, Netanyahu Tetap Didukung Warga Israel

Kebanyakan warga Israel mendukung kebijakan rezim ultra-kanan ini, meski berulang-kali terbukti berbohong.

By
in Headline on
Kebohongannya Terus Terbongkar, Netanyahu Tetap Didukung Warga Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat kabinet perdana di aula Chagall Knesset, di Jerusalem pada 24 Mei 2020. (Sumber: Abir Sultan/Reuters)

Jakarta, TheStanceID - Semua pemerintah, pada titik tertentu, berbohong. Untuk kasus pemerintah Israel, kebohongan terjadi mendarah daging. Meski berulang kali kebohongannya terbongkar, rezim yang berkuasa tetap didukung warga Israel.

Masih ingat dengan laporan Israel Defense Force (IDF) tentang temuan lorong di bawah rumah sakit Al-Rantisi–rumah sakit ibu dan anak di Gaza, Palestina? Di mana ada daftar milisi Hamas dengan nama Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu?

Pada 14 November 2023, IDF merilis video di kanal YouTube resmi, tentang temuan ruang bawah tanah yang diklaim sebagai tempat Hamas menyekap sandera. Juru bicara IDF Daniel Hagari dengan pede mengajak tour ke sana.

“Ini adalah daftar penjaga, di mana setiap teroris menuliskan namanya dan setiap teroris memiliki giliran shift-nya sendiri, menjaga orang-orang yang ada di sini,” tuturnya pada menit ke 05:35 di video tersebut.

Warganet yang skeptis pun mencoba memperbesar kertas tersebut. Tak disangka, rupanya itu adalah kalender, tanpa ada nama dan apalagi list penjaga.

Sejak saat itu muncullah olok-olokan terhadap IDF tentang anggota Hamas yang bernama Senin dan Selasa.

Kebohongan Sistemik Israel

Perang dan propaganda seringkali berkelindan.

Adolf Hitler dalam buku Mein Kampf menyebut kebohongan besar (große Lüge) sebagai cara politisi Yahudi Jerman menipu rakyat. Mereka membuat kebohongan besar, menyalahkan petinggi partai nasionalis atas kekalahan Jerman di Perang Dunia I.

Jika kadar kebohongannya biasa, orang gampang tersadar. Tapi ketika kebohongannya begitu masif dan sistemik, orang pun mengira bahwa tak mungkin ada pihak yang tega dan berani membuat kebohongan sebesar itu.

Dus, mereka pun lebih gampang untuk mempercayainya, menurut Hitler. Belakangan, narasi ini diputar seolah Hitler menyarankan membuat propaganda yang begitu besar nilai kebohongannya.

Di era digital, propaganda sangat mudah di-debunk, dibantah.

Selang sehari setelah IDF membuat video tour ke "terowongan Hamas", blogger Palestina bernama Hebh Jamal mengulas daftar kebohongan yang telah dibuat pemerintah Israel di blognya.

Pada saat itu saja dia sudah menemukan ada 17 kebohongan IDF, lengkap dengan bantahannya.

Kebohongan Didukung Warga

Daftar kebohongan rezim zionis kian bertambah setelah Menteri Pertahanan Yoav Gallant muncul di depan publik pada Rabu (11/9/2024) sembari membawa dokumen yang diklaimnya sebagai tulisan pemimpin Hamas Rafe Salama.

Ynetnews menjadi media pertama yang mengabarkannya.

Dengan percaya diri, Gallant mengumumkan bahwa Hamas telah lumpuh karena dokumen tersebut menyebutkan pengakuan Hamas bahwa “70% senjata telah dihancurkan, 95% cadangan roket telah terkuras, dan 50% militan telah tewas dan terluka.”

Namun, berbekal fitur zoom-in, warganet dan jurnalis dengan mudah memperbesar citra dokumen tersebut sehingga isinya terbaca. Isinya, sebagaimana diterjemahkan oleh Quds News Network, tak menyinggung soal persenjataan sama sekali.

Kebohongan ini terjadi selang sepekan setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menuduh Hamas memakai jalur Philadelphia (perbatasan Rafah dan Mesir) untuk menyelundupkan sandera ke Iran dengan melalui terowongan mereka.

Narasi yang sama diulang oleh media Inggris Jewish Chronicle, yang mengklaim pemimpin Hamas Yahya Sinwar berencana kabur lewat jalur Philadelphia bersama para sandera. Negara tujuannya, menurut laporan yang diklaim berasal dari sumber intelijen, adalah Iran.

Namun, media-media Israel sendiri skeptis dan membongkar kebohongan Netanyahu dan Jewish Chronicle. Salah satunya adalah 972mag, yang menurunkan laporan berjudul "Why did a British Jewish newspaper publish fake Israeli intelligence?”

“Jelas bagi saya bahwa ini adalah bocoran dari kantor Perdana Menteri Israel, yang memanipulasi media asing… untuk lebih jauh memecah belah masyarakat Israel dan menyelamatkan Netanyahu dari protes yang kian intens,” tutur pengamat politik Shlomi Eldar.

Seperti kentut yang hilang tak berbekas setelah membuat orang-orang ribut, laporan itu pun hilang dari laman Jewish Chronicle.

Partai Likud Kian Populer

Namun anehnya, jajak pendapat terbaru di tanah pendudukan Israel menunjukkan bahwa Partai Likud milik Netanyahu—biang di baik berbagai kebohongan perang Gaza, memenangi 22 kursi di parlemen Israel (Knesset) jika pemilihan dilangsungkan hari itu.

Kandidat PM terkuat, masih menurut polling yang diberitakan oleh Haaretz tersebut, adalah Netanyahu yang mendulang dukungan dari 29% responden, disusul Benny Gantz yang dipilih oleh 28% responden.

Artinya, berbagai kebohongan yang dilancarkan Netanyahu untuk tetap mengobarkan api perang terbukti efektif. Kebanyakan warga Israel mendukung kebijakan yang diambil rezim ultra-kanan ini, meski berulang-kali terbukti berbohong.

Maka, kutipan jurnalis Amerika Serikat (AS) Isidor Feinstein Stone, dalam bukunya In a Time of Torment 1961-1967 (terbit pada tahun 1968), sangat relevan untuk menggambarkan kolusi antara pejabat zionis dan kaum ultra-kanan di mayoritas warganya saat ini:

“Semua pemerintahan berbohong, tapi bencana menanti bagi negara yang pejabatnya ikut mabuk oleh narkoba yang sama dengan yang mereka bagikan ke orang-orang.”

Jika pejabat Israel tenggelam bersama rakyat dalam serial kebohongan Netanyahu--yang menurut Presiden AS Joe Biden dalam artikel The New York Times adalah untuk memperpanjang kekuasaannya, maka kepentingan nasional Israel pun terabaikan.

Dan ketika semua pejabat Israel ikut mabuk, berdiam saja membiarkan kepentingan nasional diabaikan demi mempertahankan kursi segelintir orang, maka tunggulah bencana. Demikian kurang lebih argumen I.F. Stone. (ags)

\