Kabinet Trump Dipenuhi Tokoh Pro-Israel Garis Keras; Siapa Saja Mereka?
Trump sedang membangun pemerintahan Amerika yang paling pro-Israel dalam sepanjang sejarahnya.

Jakarta, TheStanceID – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan kuasa pemenang asli di balik pilpres AS, dengan memilih sosok zionis garis keras di posisi pengambilan kebijakan luar negeri kabinetnya.
Sepuluh hari sejak pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) AS, Trump mulai mengumumkan beberapa nama orang yang bakal membantunya di pemerintahan. Mayoritas di antaranya cenderung menyerukan perang atas negara lain (hawkish).
Tidak heran, sejak awal ketika Trump mengungguli kompetitornya yakni Kamala Harris, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencuitkannya sebagai the greatest comeback (aksi kembali yang terhebat).
Sekalian menabuh semangat perang, Menteri Pertahanan negara zionis tersebut, yakni Israel Katz, mencuitkan kemenangan Trump sebagai peluang untuk memukul “poros setan yang dipimpin oleh Iran.”
Pernyataan kontradiktif tersebut—karena Iran tak pernah seperti Israel yang kesetanan mengebom pemukiman sipil hingga membunuh 50.000 orang termasuk bayi, memang lekat dengan tabuhan genderang perang.
Adalah George W. Bush yang pertama kali memakai dan menggaungkan istilah "Axis of Evil" untuk melegitimasi keputusannya mengobarkan perang di Irak.
Eforia politisi ultrakanan Israel tersebut mendapatkan pembenarannya beberapa hari kemudian, setelah Trump mengumumkan nama para pejabat yang akan membantunya di pemerintahan.
TheStanceID mengompilasi beberapa nama mereka, dan melakukan riset latar belakang para tokoh tersebut. Hasilnya, 99% dari mereka yang dipilih adalah pendukung radikal negara Israel.
Sejauh ini, tokoh yang dipilih akan mengepalai bidang kesehatan, pertahanan, peradilan, dan hubungan luar negeri. Berikut ini sosok dan sepak-terjang mereka terutama terkait dengan isu Palestina.
Brian Hook
Ditunjuk sebagai kepala tim transisi Departemen Luar Negeri AS, Hook adalah mantan Perwakilan Pemerintahan AS untuk urusan Iran pada periode pemerintahan Trump sebelumnya (2018-2020).
Dia dikenal sangat anti-Iran. Beberapa pernyataan publiknya cenderung menyerang Iran seperti yang disampaikan terkait hubungan Iran dengan Venezuela yang menurutnya sangat berbahaya.
Pada 30 Juni 2020, dia mengumumkan bahwa AS dan Israel sepakat memperpanjang embargo senjata Iran. Alasannya, pencabutan embargo bisa membuat senjata berjatuhan ke tangan kelompok perlawanan yang disokong Iran.
Hook juga menuding Iran sebagai pendukung terorisme terbesar tidak hanya di Timur Tengah tetapi di seluruh dunia.
Saat itu, dia membangun dukungan dunia untuk menekan Iran, yang kemudian diikuti aksi pengecut AS: membunuh Qassem Soleimani, jenderal pasukan garda revolusi Islam (Islamic Revolutionary Guard Corp/IRGC) yang sedang berkunjung ke Irak.
Bobby Kennedy
Robert F. Kennedy Jr (RFK Jr), alias Bobby Kennedy, baru-baru ini ditunjuk sebagai Kepala Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia (Department of Health and Human Service/HHS).
Dikenal dengan sifat tegasnya dalam mengritik raksasa farmasi, Bobby rupanya juga sangat pro-Israel, meski dia besar di keluarga Katolik, di mana Sri Paus sebagai pemimpin spiritualnya tidak menolerir aksi brutal Israel.
Bobby menolak tegas seruan gencatan senjata di Gaza dan mengklaim dukungan terhadap Israel sebagai sebuah sikap moral sebagai bangsa.
Michael Waltz
Seorang mantan anggota kongres dari Partai Republik, yang pernah menjadi bagian dari korps Baret Hijau. Trump menunjuknya sebagai penasihat keamanan nasional.
Dia sempat menjadi penasihat kebijakan George W. Bush merangkap CEO kontraktor jasa militer Metis Solutions. Perusahaan yang dia pimpin meraup keuntungan jutaan dolar dari agresi AS terhadap Afghanistan, menurut laporan The Intercept.
Dalam wawancara dengan Fox News dia tegas menyebutkan perlunya bersama Israel menekan kekuatan militer Iran:
"Ketika kita mengatakan bahwa kita tak akan membiarkan Iran memiliki bom, apa artinya dan apa yang sudah kita siapkan untuk itu? Warga Israel sangat jelas dan kita perlu jelas bersama mereka."
Pada Oktober, dia menyarankan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran di Natanz untuk membalas serangan Teheran dalam operasi Janji Sejati II—demi membalas pembunuhan Israel atas Hasan Nasrallah.
Lee Zeldin
Anggota Kongres dari Partai Republik, yang pernah menjadi anggota Komite Hubungan Luar Negeri, dan Wakil Ketua Kaukus Israel-Partai Republik. Dia dipilih Trump menjadi Ketua Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency/EPA).
Zeldin pernah menjadi bagian dari 46 anggota Kongres yang menerapkan aturan anti-boikot Israel. Aturan legislatif yang merevisi Peraturan Administrasi Ekspor 1979 itu mempidanakan aksi boikot terhadap produk dan jasa dari Israel.
Elise Stefanik
Trump memilih anggota Partai Republik tersebut sebagai utusan AS di PBB. Stefanik adalah tokoh di balik beleid ‘Tak Ada Uang Pajak untuk Perkemahan Kampus' pada 2 Juli 2024.
Aturan baru tersebut akan mengeluarkan universitas yang mengizinkan mahasiswanya berdemo mendukung Palestina dengan aksi membangun kemah, menguasai ruang di kampus.
Dia juga mengancam rektor universitas yang tak bisa meredam aksi pro-Palestina akan segera dipecat.
Terbaru, dia mendukung Israel melarang UNRWA karena Lembaga tersebut “mendukung kebencian anti-semit di kalangan Palestina.”
Marco Rubio
Yang paling fenomenal adalah Rubio. Dia berulangkali menyebut Trump sebagai "penipu" ketika dia berkampanye dan diwaancarai media massa. Salah satunya dengan MSNCB pada 26 Januari 2016.
Trump membalas dengan menyebut Rubio sebagai “anak wayang yang baik” dari dalang bernama Sheldon Adelson—seorang donatur pro-Israel.
Setelah Sheldon mati, jandanya yakni Miriam Adelson, tercatat menjadi donatur terbesar Trump di pilpres 2024. Tidak heran, dua orang ini kembail akur karena tunduk pada kekuatan pro-Israel sama yang mensponsori mereka.
Kesetiaan Rubio pada Israel terbukti pada 7 Mei, ketika dia ikut meneken surat anggota Kongres AS yang mengancam Kepala Penuntut Umum International Criminal Court (ICC) Karim Khan, agar tak menangkap Netanyahu atas kejahatan perangnya.
Lima hari sebelumnya, Senator Partai Republik ini mengancam demonstran anti-Israel di universitas-universitas AS: "Jika Anda datang ke Amerika dengan visa pelajar dan mendukung Hamas, inilah saatnya untuk meninggalkan Amerika."
Pada 20 Mei 2023, Rubio ikut meneken aturan yang melarang Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel.
Ditarik mundur ke belakang, pada 20 Desember 2022 Rubio dan anggota kongres lain yakni Chuck Grassley mengirim surat ke Federal Bureau of Investigation (FBI) dan Departemen Kehakiman.
Mereka memerintahkan penghentian investigasi atas terbunuhnya jurnalis Palestina berkewarganegaraan AS Shireen Abu Akleh oleh tentara Israel.
Rubio juga menjadi salah satu tokoh yang mendorong pemindahan kantor kedutaan AS ke Yerusalem pada masa pemerintahan Trump sebelumnya.
Menurut AIPAC Track, situs yang memantau program pendanaan lembaga donor American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), Rubio telah meraup lebih dari US$1 miliar dari lembaga pro-zionis tersebut.
Elon Musk
Untuk yang satu ini, semua orang tentu mengenalnya. Konglomerat pemilik medsos X tersebut diangkat menjadi kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE).
Setelah sempat dikenal luas karena mendukung kebebasan berpendapat terkait teori "Great Replacement" yang menuding adanya rekayasa untuk memperkuat posisi kelompok Yahudi di dunia, Musk berbalik arah setelah diundang Netanyahu ke Israel.
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Musk mengamini kebijakan dan narasi Israel dan mendukungnya seperti yang terlihat ketika dia menghadiri pidato Netanyahu di depan Kongres AS pada 24 Juli 2024.
Dia juga yang menjadi satu dari donatur terbesar Trump, dengan target membuat kebijakan AS lebih pro terhadap Israel sebagaimana diberitakan Haaretz.
Dengan profil demikian, sulit berharap bahwa lima tahun mendatang geopolitik Timur Tengah berubah menjadi lebih damai, khususnya bagi kelompok yang terjajah yakni Palestina.
Sebaliknya, kaum zionis haus darah semakin mendapatkan tempatnya seperti diakui lembaga Republican Jewish Coalition (RJC):
“Presiden Donald J. Trump sedang membangun pemerintahan paling pro-Israel dalam sepanjang sejarah AS… Hari-hari kelemahan dan keminderan telah berakhir. [Meraih] perdamaian melalui kekuatan telah kembali.” (ags)