Demi Jualan iPhone 16, Apple Janji Bangun Pabrik di Indonesia

Indonesia blokir penjualan iPhone 16 karena Apple tidak penuhi syarat TKDN.

By
in Headline on
Demi Jualan iPhone 16, Apple Janji Bangun Pabrik di Indonesia
iPhone 16 (Foto: ist)

Jakarta, TheStanceID - Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) Apple menawarkan investasi tambahan sebesar US$10 juta (sekitar Rp157 miliar) di Indonesia berupa fasilitas produksi, demi pencabutan kebijakan pelarangan penjualan iPhone 16.

Tawaran ini muncul setelah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memblokir penjualan iPhone 16 di Tanah Air karena belum mengantongi sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40% untuk ponsel cerdas dan tablet.

Mengutip Bloomberg, Apple berencana berinvestasi di sebuah pabrik di Bandung, Jawa Barat, melalui skema kemitraan dengan beberapa pemasoknya. Fasilitas tersebut akan membuat produk seperti aksesoris dan komponen untuk gadget Apple.

Kemenperin dilaporkan sedang mempertimbangkan usulan tersebut, yang belum final dan mungkin dapat berubah.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan telah menerima surat dari Apple yang meminta pertemuan dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai pelarangan iPhone 16 di Indonesia.

"[Pihak Apple] Sudah [menghubungi]. Sudah melalui surat. Apple sudah melalui surat ke Pak Menteri dan minta pertemuan," kata Juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni, Kamis (31/10/2024).

Febri mengatakan, Apple sebelumnya telah menyepakati untuk memenuhi TKDN sebesar 40% melalui skema inovasi, yakni dengan membangun Apple Academy di BSD Tangerang, Sidoarjo Jawa Timur, Nongsa Batam dan rencananya di Bali.

Pihak Apple telah sepakat untuk melakukan investasi sebesar Rp1,7 triliun untuk pembangunan Apple Academy. Dari kesepakatan itu, Apple baru merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 triliun.

"Kan Apple investasi di situ Rp1,7 triliun. Tapi yang dia realisasi dari Rp1,7 triliun itu Rp1,4 triliun. Nah, masih ada di bawah Rp300 miliar yang dia belum realisasi," kata Febri.

TKDN Khusus Apple

Sebagai informasi, Apple memilih skema investasi, yakni jalur yang berbeda dengan vendor smartphone lain di Indonesia untuk memenuhi nilai TKDN.

Skema ini terkesan "spesial" karena vendor lain macam Samsung, Oppo dan sebagainya memilih skema hardware dengan membangun pabrik di Indonesia.

Mengacu Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016, ada beberapa skema yang bisa dipilih masing-masing vendor ponsel untuk memenuhi kandungan lokal pada perangkat yang akan dipasarkan di Indonesia.

Skema pertama yaitu lewat jalur perangkat keras (hardware), misalnya dengan membangun manufaktur ponsel atau merakit ponsel di pabrik lokal di Indonesia.

Skema kedua yaitu lewat software, di mana vendor menggandeng pengembang aplikasi lokal. Kemudian skema ketiga yakni memberikan komitmen investasi dalam jumlah tertentu dan direalisasikan secara bertahap.

Dari semua opsi itu, Apple memilih skema ketiga dengan investasi bidang riset dan pengembangan. Salah satunya lewat program Apple Developer Academy untuk mengembangkan talenta di bidang pengembangan aplikasi.

Undang Investor Lain

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengapresiasi langkah Pemerintah yang memblokir IPhone 16 masuk ke Indonesia, sehingga Apple bersedia membangun pabriknya di Indonesia.

Esther menegaskan Apple tidak cukup hanya membangun Apple Academy di Indonesia sebagai bentuk investasi di Indonesia. Apalagi selama ini Indonesia adalah salah satu pasar terbesar Apple.

"Rasanya kurang kalau [Apple] nggak bikin pabrik, biar hasil dari pelatihan yang diberikan Apple Developer Academy bisa diserap dan dipraktekkan ketika Apple bikin pabrik di Indonesia," kata Esther kepada TheStanceID, Selasa (05/11/2024).

Menurut Esther, keuntungan kedua yang didapatkan Indonesia jika Apple membangun pabrik di Indonesia adalah tujuan strategis yakni menarik investor lain yang menggarap industri pendukung Apple, untuk ikut masuk ke Indonesia.

Tentu saja, hal ini akan menumbuhkan industri manufaktur tanah air.

Ester mencontohkan kesuksesan Badan Penanaman Modal Malaysia (Malaysia Investment Development Authority/MIDA) yang membuat perusahaan hardware komputer Intel membuat pabrik di Kawasan industri Penang, Malaysia dan menarik investor lain.

"Waktu mereka bikin kawasan industri, dia bikin kawasan pabrik yang elektronik dan semikonduktor. Nah itu dia gandeng Intel Pentium. Begitu Intel masuk, ada 7 perusahaan lain yang supporting intel masuk juga," kata peneliti Indef ini.


Tidak Punya Pabrik Sendiri

Selama ini Apple mengandalkan ratusan pemasok komponen dan sejumlah mitra untuk merakit produk-produknya, termasuk berbagai seri ponsel pintar iPhone, tablet iPad, dan laptop MacBook.

Dikutip dari BBC Indonesia, rekanan utama Apple adalah Hon Hai Precision Industry (secara internasional dikenal sebagai Foxconn), perusahaan asal Taiwan yang diperkirakan memproduksi 60-70% komponen iPhone yang dijual di dunia per 2023.

Pabrik Foxconn di China, Vietnam, India, dan AS tercatat sebagai pemasok resmi Apple. Fasilitas produksi di kota Zhengzhou di China adalah yang terbesar. Ia bahkan mendapat julukan "kota iPhone".

Ada setidaknya 151 pabrik di China yang menjadi pemasok resmi Apple, 41 di Taiwan, 25 di Vietnam, 14 di India, dan hanya dua di Indonesia, berdasarkan daftar 200 besar pemasok Apple per 2022.

Dua pemasok asal Indonesia itu adalah pabrik milik Panasonic di Jawa Barat dan pabrik milik Yageo di Kepulauan Riau.

Belakangan, Apple tampak mencoba mengurangi ketergantungannya pada China karena faktor perang dagang AS-China dan meminta mitra seperti Foxconn untuk merakit produk-produknya di negara lain, utamanya Vietnam dan India.

Indonesia Tak Menarik

Lantas, mengapa Apple lebih tertarik investasi di Vietnam dan India ketimbang Indonesia? Boleh dibilang soal daya tarik investasi asing, Indonesia cenderung tertinggal dari India dan Vietnam.

Menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Indonesia adalah negara dengan iklim investasi asing paling tertutup keempat di dunia setelah Libya, Palestina, dan Filipina.

"Tantangan juga muncul dari berbagai aspek, seperti policy uncertainty yang tinggi, rule of law dan control of corruption yang cenderung medioker, serta masih rendahnya produktivitas tenaga kerja," kata Teuku Riefky, peneliti makroekonomi di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) dikutip dari BBC Indonesia (19/04/2024).

Sebagai perbandingan, kata Teuku, tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia tercatat sebesar US$14 per jam, jauh di bawah Malaysia dengan US$26 per jam dan Singapura dengan US$74 per jam.

Selain itu, Vietnam menawarkan kepastian hukum dan ongkos tenaga kerja lebih murah. Sementara itu, India disebut memiliki banyak tenaga kerja terampil untuk menjalankan fasilitas produksi barang-barang Apple.

Vietnam Primadona Investasi

Belum lagi masalah pembebasan lahan untuk pembangunan pabrik di Indonesia yang bisa memakan waktu tahunan. Kondisi ini berbeda dari Vietnam yang kini menjadi primadona investasi.

Esther menjelaskan selama ini Vietnam menjadi primadona investasi negara-negara barat karena mereka punya perjanjian kerjasama bilateral dan multilateral dengan Amerika Serikat dan Eropa.

"Vietnam punya agreement dengan Amerika dan Eropa sehingga barang-barang yang keluar-masuk ke negara-negara itu lebih mudah dari Vietnam. Apalagi selama perang dagang AS-China, perusahaan dari China yang gak bisa impor atau ekspor ke AS, bisa masuk lewat Vietnam," jelas Esther.

Selain upah yang rendah, kata Esther, serikat buruh dikendalikan oleh pemerintah Vietnam sehingga tuntutan kenaikan upah selalu bisa diredam dengan alasan kepentingan nasional. "Kondisi ini membuat menarik investor dan lebih ada kepastian." (est)

\