Oleh Dr. M. Ishaq Maulana M.Pd, mantan Ketua Program Studi (Prodi) S2 dan S3 Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang (UNM), pengelola Pondok Pesantren Kota Yayasan Khadijah Surabaya, dan pemerhati pendidikan.
Sebagai orang dewasa dan orang tua, kita seringkali terlalu cepat menghakimi anak-anak kita tanpa memahami penyebab sebenarnya dari perilaku mereka.
Kita lebih cenderung permasalahkan anak-anak tanpa mempertimbangkan kemungkinan bahwa "kenakalan" kita sendiri yang menjadi sumber penyebab atau akar masalah dari perilaku mereka.
Anak-anak yang terkena hukuman seringkali adalah korban dari lingkungan terdekat, keluarga, sosial, dan budaya. Mereka tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang dibentuk oleh orang-orang dewasa di sekitar mereka.
Oleh karena itu, sebelum kita menghakimi anak-anak, kita perlu melakukan introspeksi dan refleksi diri untuk memahami apakah kita sendiri telah menjadi contoh yang baik bagi mereka.
Introspeksi diri penting karena dapat membantu kita memahami penyebab sebenarnya dari perilaku anak-anak kita.
Dengan memahami penyebabnya, kita dapat menemukan solusi yang lebih efektif untuk membantu anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain itu, introspeksi diri juga dapat membantu kita menjadi orang tua yang lebih baik. Dengan memahami kelemahan dan kekurangan kita sendiri, kita dapat berusaha untuk menjadi contoh yang lebih baik bagi anak-anak kita.
Melakukan introspeksi diri tidaklah sulit. Kita perlu mengakui bahwa kita tidak sempurna dan memiliki kelemahan. Dengan mengakui kelemahan diri, kita dapat berusaha untuk menjadi lebih baik.
Mencari Penyebab Sebenarnya
Kita juga perlu menganalisis perilaku anak-anak kita dan mencari penyebab sebenarnya dari perilaku mereka. Jika ditemukan bahwa perilaku kita sendiri yang jadi penyebab perilaku anak-anak kita, kita perlu berusaha untuk mengubah perilaku diri kita.
Sangat penting juga untuk diingat bahwa anak-anak tidak perlu didisiplinkan secara militer di barak militer. Pendekatan yang keras dan otoriter dapat berdampak negatif pada perkembangan emosi dan psikologi anak-anak.
Sebaliknya, kita perlu menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung bagi anak-anak kita untuk tumbuh dan berkembang.
Baca Juga: Rencana Mengirim Siswa Nakal ke Barak Militer Kebijakan Keliru dan Berbahaya
Bagi para pendidik, penting untuk tidak latah meniru model pendidikan Jepang yang terlalu menekankan pada disiplin dan kompetisi. Model pendidikan seperti ini dapat berdampak negatif pada kreativitas dan kebahagiaan anak-anak.
Kita perlu menciptakan model pendidikan yang lebih holistik dan mendukung perkembangan anak-anak secara menyeluruh. Selain itu, anak-anak juga tidak boleh dijadikan kelinci percobaan untuk kepentingan pencitraan pejabat pemerintah.
Kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah haruslah mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, bukan hanya untuk kepentingan politik atau pencitraan.
Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.
Dengan melakukan introspeksi diri dan menciptakan lingkungan yang positif, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan baik.
Jadi, mari kita mulai melakukan introspeksi diri dan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi anak-anak kita untuk tumbuh dan berkembang.***
Untuk menikmati berita peristiwa di seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.