Legenda Persebaya Meninggal Saat Berolahraga, Kenali Pemicunya!

Kematian mendadak atlet selama pertandingan olahraga menunjukkan pentingnya pemeriksaan jantung. 

By
in Pop Culture on
Legenda Persebaya Meninggal Saat Berolahraga, Kenali Pemicunya!
Legenda Persebaya Surabaya dan Timnas Sepakbola Indonesia (Sumber : Persebaya)

Jakarta, TheStanceID - Legenda Persebaya Surabaya yang juga mantan pesepak bola Tanah Air, Bejo Sugiantoro (47 tahun), meninggal dunia setelah tidak sadarkan diri saat sedang bermain sepak bola pada Selasa (25/2/2025).

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Bejo sedang bermain sepak bola bersama temannya di Lapangan SIER, Surabaya, Jawa Timur.

Kematian mendadak saat berolahraga juga kerap terjadi di sektor olahraga lainnya dan mengundang banyak pertanyaan. Pasalnya, yang bersangkutan tampak sehat dan bugar sehingga orang pun bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi.

Dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Inarota Laily, Sp.K.O menjelaskan, jatuh mendadak di lapangan hingga tidak sadarkan diri dapat terjadi akibat kontak langsung maupun non-kontak.

Namun, ia menilai kejadian yang terjadi pada Bejo Sugiantoro diduga karena sudden cardiac arrest atau henti jantung mendadak.

"Dari kasus Pak Bejo, jatuhnya disebabkan oleh non-kontak. Penyebab terseringnya karena serangan jantung mendadak ataupun pecah pembuluh darah otak," kata Laily dikutip dari Kompas.com, Rabu (26/2/2025).

Laily menjelaskan terdapat tiga faktor utama yang dapat memicu henti jantung saat berolahraga, yaitu kelainan struktur jantung, penyumbatan pembuluh darah jantung, dan gangguan konduksi listrik jantung.

Dari ketiga faktor tersebut, kasus yang paling sering terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun adalah adanya penyumbatan pembuluh darah.

"Pada usia 40 tahun ke atas, terutama laki-laki, paling sering karena penyumbatan pembuluh darah jantung, atau biasa dikenal sebagai atherosclerosis," ujarnya.

Serangan jantung ini biasanya terjadi saat seseorang beraktivitas, terutama dengan intensitas tinggi. Dalam kondisi tersebut, kebutuhan oksigen meningkat drastis.

Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di jantung, yang pada akhirnya bisa memicu terjadinya serangan jantung mendadak.

Kematian Mendadak dalam Olahraga

Beberapa kasus tragis melibatkan kematian mendadak atlet selama pertandingan olahraga menyoroti betapa pentingnya pemeriksaan kesehatan jantung yang baik dan kesiapan tim medis.

Berikut beberapa kasus kejadian henti jantung yang dialami olahragawan hingga menyebabkan kematian, yang dihimpun tim TheStanceID.

  1. Hank Gathers, pemain basket Loyola Marymount University, kolaps dan meninggal saat pertandingan pada tahun 1990 di usia 23 tahun.

  2. Marc-Vivien Foe, pemain sepak bola Kamerun, meninggal saat bertanding dalam Piala Konfederasi FIFA 2003 setelah kolaps di lapangan pada usia 28 tahun.

  3. Antonio Puerta, pemain sepak bola Sevilla, pingsan di lapangan pada tahun 2007 dan meninggal beberapa hari kemudian pada usia 22 tahun.

  4. Patrick Ekeng, pemain asal Kamerun, kolaps di lapangan selama pertandingan liga Rumania pada tahun 2016 di usia 26 tahun.

  5. Michael Goolaerts, seorang pembalap sepeda, mengalami serangan jantung dan terjatuh saat mengikuti Paris-Roubaix pada tahun 2018; ia segera dibawa ke rumah sakit tetapi meninggal beberapa jam kemudian pada usia 23 tahun.

  6. Bintang bulutangkis muda China, Zhang Zi Jie. Saat bertanding dalam babak semifinal Kejuaraan Bulu Tangkis yunior 2024 di Yogyakarta, Zhang mendadak jatuh dan kejang-kejang. Meskipun tim medis segera memberikan pertolongan pertama dan membawanya ke rumah sakit, nyawanya tidak tertolong.

Kasus-kasus ini menunjukkan risiko serius yang dapat terjadi bahkan pada atlet yang terlihat sehat dan bugar. Selain itu, kejadian-kejadian seperti ini menegaskan pentingnya memahami penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga dan bagaimana cara mencegahnya.

Dampak Olahraga terhadap Jantung

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang juga pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), Dr. Erta Priadi Wirawijaya menjelaskan olahraga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan jantung.

"Aktivitas fisik teratur dapat memperkuat otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah, dan membantu menjaga berat badan yang sehat, yang semuanya berkontribusi pada penurunan risiko penyakit jantung koroner," jelasnya.

Studi menunjukkan bahwa olahraga aerobik seperti berlari, bersepeda, dan berenang dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (high density lipoprotein/HDL).

Selain itu, aktivitas fisik membantu mengontrol kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin, yang penting untuk mencegah diabetes tipe 2, yang menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit jantung.

Namun, olahraga yang intens dan berlebihan berdampak negatif terhadap jantung, terutama dalam meningkatkan risiko aritmia berbahaya dan serangan jantung. Ketika berolahraga, tubuh melepaskan hormon adrenalin yang dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.

"Pada individu dengan kelainan jantung tersembunyi, peningkatan adrenalin ini dapat memicu aritmia, seperti ventrikular takikardia atau fibrilasi, yang bisa fatal," ungkapnya.

Selain itu, hormon endorfin yang dilepas selama aktivitas fisik intens dapat menutupi rasa sakit sehingga seseorang tidak sadar bahwa mereka telah melewati batas kemampuan fisik mereka, yang juga dapat meningkatkan risiko kerusakan jantung.

Oleh karena itu, Dr Erta mengingatkan, penting untuk berolahraga dengan bijak, memahami batasan tubuh, dan berkonsultasi dengan profesional medis sebelum memulai program latihan yang intens.

Faktor Lain Jantung Terhenti

Dr Erta menambahkan, selain kondisi jantung, faktor lain seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penggunaan doping juga dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak selama olahraga.

Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan volume darah, yang meningkatkan beban kerja jantung dan risiko aritmia. Ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalium dan magnesium, juga dapat mempengaruhi fungsi jantung.

Selain itu, penggunaan doping dan suplemen yang tidak diawasi dengan baik dapat memperparah kondisi ini dengan memicu tekanan darah tinggi dan peningkatan denyut jantung yang berlebihan.

Edukasi serta kesiapan medis dalam menghadapi situasi darurat di lapangan menjadi salah satu faktor penentu bisa tertolong atau tidaknya nyawa seseorang saat terjadi kasus henti jantung mendadak.

Menurut Dr Erta, penelitian menunjukkan bahwa Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan defibrilasi yang dilakukan segera setelah seseorang mengalami henti jantung dapat meningkatkan peluang bertahan hidup dua hingga tiga kali lipat.

Waktu adalah faktor kunci dimana tiap menit penundaan memulai RJP mengurangi peluang bertahan hidup sekitar 7-10%. Dengan defibrilasi, khususnya dengan defibrilator eksternal otomatis (AED), peluang bertahan hidup dapat meningkat lebih jauh.

Menurut American Heart Association, kombinasi RJP dan defibrilasi dalam 3-5 menit pertama dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup hingga 74%.

Fabrice Muamba, pemain sepak bola Bolton Wanderers, menjadi salah satu contoh terkenal di mana RJP dan defibrilasi yang cepat berhasil menyelamatkan nyawa seseorang.

Pada tahun 2012, Muamba kolaps di lapangan selama pertandingan Piala FA akibat henti jantung. Tim medis segera melakukan RJP dan menggunakan defibrilator. Setelah 78 menit tanpa detak jantung, Muamba akhirnya pulih tanpa kerusakan otak yang signifikan, berkat respons cepat dan tindakan medis yang tepat.

Kasus lain adalah Christian Eriksen, pemain sepak bola timnas Denmark, yang kolaps di arena Euro 2020. Saat itu, tim medis segera memberikan RJP dan menggunakan defibrilator untuk mengembalikan ritme jantung gelandang Manchester United itu.

Eriksen pun berhasil diselamatkan dan pulih setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Insiden ini sekaligus menyoroti pentingnya kesiapsiagaan medis dan keberadaan alat defibrilator eksternal otomatis (AED) di setiap acara olahraga.

Tips Cegah Henti Jantung Mendadak

Lebih lanjut, Dr. Erta menjelaskan ada sejumlah Langkah yang bisa kita lakukan agar kejadian henti jantung mendadak saat berolahraga bisa kita cegah.

  1. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa jantung Anda dalam kondisi baik dan siap menghadapi beban fisik berat.

    Tes meliputi elektrokardiogram (EKG), ekokardiogram, dan tes stres untuk menilai fungsi jantung dan mendeteksi adanya kelainan struktural atau ritme jantung yang tidak normal.

  2. Persiapan Sebelum Berolahraga

    Pastikan Anda cukup beristirahat dan terhidrasi baik sebelum berolahraga. Hindari alkohol, kafein, dan obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi jantung dan menyebabkan dehidrasi atau peningkatan denyut jantung secara drastis.

  3. Kesiapsiagaan Tim Kesehatan

    Pelatihan rutin untuk tim kesehatan dalam penggunaan defibrilator eksternal otomatis (AED) dan teknik RJP sangat penting untuk memastikan respons cepat dan efektif jika terjadi henti jantung mendadak.

  4. Fasilitas dengan kelengkapan AED

    Fasilitas olahraga dan tempat-tempat lain di mana aktivitas fisik intensitas tinggi berlangsung perlu dilengkapi dengan defibrilator eksternal otomatis (AED). Alat ini sangat penting untuk memberikan kejutan listrik yang dapat mengembalikan ritme jantung yang normal pada orang yang mengalami henti jantung.

Dr Erta menambahkan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) sangat penting agar orang-orang di sekitar korban henti jantung dapat bertindak cepat dan efektif.

"Kemampuan ini dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati," tegasnya.

Oleh karena itu, Pelatihan BHD harus menjadi bagian integral dari pendidikan masyarakat. Di negara maju, anak-anak di sekolah dasar sudah dilatih untuk melakukan BHD, memastikan bahwa mereka siap menjadi penolong pertama dalam situasi darurat.

Dengan pengetahuan dasar tentang RJP, lebih banyak orang dapat memberikan bantuan segera, yang sangat meningkatkan peluang bertahan hidup korban henti jantung mendadak.

Sekaligus, memberikan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa sebelum tim medis profesional tiba di lokasi. "Kombinasi pelatihan BHD yang luas dan akses yang baik ke AED adalah kunci untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan masyarakat." (est)

Untuk menikmati berita cepat dari seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.

\