Oleh Muhammad Syarkawi Rauf, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 2015-2018, pernah menjadi Direktur Utama BERDIKARI dan Komisaris Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI/IX dan kini aktif sebagai Chairman of Asian Competition Institute (ACI).

Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam rapat kabinet paripurna bertepatan dengan 1 tahun pemerintahannya menarik untuk disimak.

Salah satu poin penting yang disampaikan Presiden Prabowo adalah perlunya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju.

Pidato tersebut mengingatkan kita pada pernyataan pemenang hadiah nobel ekonomi tahun 2018, profesor ekonomi dari University of California, Berkeley, Paul Romer: permasalahan utama emerging market economies (EMEs) adalah besarnya technology gap (kesenjangan teknologi) dan knowledge gap (kesenjangan pengetahuan) dengan negara maju.

Sehingga, pekerjaan rumah utama pemerintah dan dunia usaha di negara-negara EMEs adalah membangun ekosistem research and development (R&D) dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melibatkan pemerintah, swasta, lembaga riset, universitas dan masyarakat.

Sejalan dengan itu, Paul memperkenalkan konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth model) yang menekankan pentingnya R&D sebagai penopang kemajuan teknologi dan pendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi harus digerakkan dari dalam sistem perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi tidak bersumber dari dorongan faktor eksternal. Sehingga, kemajuan teknologi harus bersumber dari sumber daya internal perekonomian nasional.

Model pertumbuhan ekonomi endogen yang mulai populer sejak tahun 1980-an menyatakan bahwa investasi pada pengembangan SDM, inovasi dan pengetahuan adalah kontributor utama pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Sebagai contoh, suatu perusahaan yang berinvestasi pada R&D dan pengembangan SDM akan menghasilkan pengetahuan baru. Pengetahuan baru memiliki snowball effect (efek bola salju) yang terus membesar dalam satu perekonomian.

Inovasi Memicu Perputaran Ekonomi

eksistensialismeDalam konteks ini, secara agregat perekonomian, menambah satu unit input tenaga kerja dan modal akan menambah output lebih dari 1 kali (increasing return to scale).

Semakin besar stock of knowledge (stok pengetahuan), atau jumlah orang berpendidikan tinggi di suatu perekonomian, maka semakin banyak inovasi teknologi.

Snowball effect dari suatu pengetahuan terjadi melalui proses learning by doing (belajar sambil bekerja) dengan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) antar pekerja dalam suatu perekonomian.

Sebagaimana pengalaman negara maju, barang modal tidak hanya berkaitan dengan investasi pada modal fisik saja tetapi juga mencakup investasi pada sektor pengetahuan.

Asumsinya, pada saat suatu pengetahuan dihasilkan oleh pekerja atau perusahaan maka pengetahuan tersebut memiliki spillover effect (efek tular) ke perusahaan lain.

Dus, investasi pada kegiatan R&D untuk menghasilkan pengetahuan baru oleh suatu perusahaan akan berdampak pada perusahaan lain.

Pengetahuan dinyatakan sebagai barang publik yang penggunaannya bersifat partial excludable (pembatasan terbatas). Akses terhadap pengetahuan baru meskipun terbatas tetapi bersifat parsial.

Peningkatan stok pengetahuan dan teknologi dalam suatu perekonomian juga tergantung pada akumulasi barang modal.

Meningkatnya akumulasi barang modal mendorong penyebaran teknologi dalam suatu perekonomian yang membantu meningkatkan produktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Investasi R&D Jadi Kunci Pemecah Kebuntuan PDB

ChartPertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka panjang tak mungkin bergantung pada rasio tabungan dengan keluaran ekonomi lalu dibagi dengan rasio antara peningkatan akumulasi barang modal dengan perubahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB).

Hanya ada 1 jalan bagi ekonomi nasional untuk naik status dari negara pendapatan menengah ke negara maju berpendapatan tinggi (lebih dari US$12.500/kapita per tahun) yakni berinvestasi pada kegiatan R&D, inovasi dan pengembangan SDM.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029, sesuai visi Presiden Prabowo, ada tiga langkah yang bisa dijalankan.

Pertama, meningkatkan pengeluaran R&D secara bertahap, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta, dari hanya 0,42% dari GDP tahun 2024 menjadi minimal 2% terhadap PDB dalam 5 tahun ke depan.

Pemerintah Prabowo perlu belajar pada negara-negara yang telah mencapai status sebagai negara maju karena ditopang oleh anggaran R&D sebagai persentase terhadap PDB mencapai lebih dari 2% seperti Jepang (3,3%), Korea Selatan (4,93%), Jerman (3,14%), dan Amerika Serikat (3,46%).

Sementara itu, negara yang masih berstatus sebagai middle income (negara berpendapatan menengah) memiliki pengeluaran R&D dengan persentase rendah seperti Vietnam (0,43%), Afrika Selatan (0,6%), India (0,65%), dan Rusia (0,94%).

Baca Juga: Premi Risiko Memegang Rupiah

Kedua, melipatgandakan investasi pengembangan SDM, salah satunya dengan pengembangan sekolah-sekolah unggulan di berbagai daerah untuk melahirkan tenaga kerja berpengetahuan tinggi dan terampil.

Ketersediaan tenaga kerja profesional, SDM berpengetahun tinggi dan terampil, akan jadi basis pertumbuhan jumlah kelas menengah nasional, di mana tenaga kerja profesional menjadi penyerap dan pengembang teknologi tinggi dari negara maju.

Ketiga, membangun ekosistem inovasi nasional dengan membangun keterkaitan antara sektor pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus dibangun linkage antara perguruan tinggi dengan sektor manufaktur national champion (andalan) di pasar ekspor.

Agenda-agenda tersebut di atas, dalam jangka menengah dan panjang akan menjamin terjadinya konvergensi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi manufaktur terbaru.

Akhir kata, ketersediaan SDM, kapasitas penguasaan teknologi dan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya critical mineral (mineral kritis) atau rare earth (tanah jarang) dapat menjadi modal untuk membangun industri manufaktur yang kompetitif di pasar global.***

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.