
Oleh Lamadi de Lamato, aktivis mahasiswa era 1998 yang pernah menjadi pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Ketua Mahasiswa Muslim Timor Leste. Kini aktif sebagai Direktur Eksekutif Abuleke Institute.
Pagi itu, saya menemani teman akrab saya untuk jumpa Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Ketua Umum Partai Golkar di kediamannya.
Sudah saya bantu fasilitasi, tapi ia ingin ditemani.
Bahlil sedang olahraga, di mejanya ada buah, gelas besar berisi air hangat dan saya pun masuk bersama kawan, yang punya hajat bertemu sang menteri yang juga mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.
Saya hanya ikut nguping saja.
Kendati nguping, otak saya berpikir ke menu pagi di atas mejanya. Pantas saja, kawan ini sangat sehat dan bugar setiap hari, lantaran sarapannya beda dengan aktivis lain.
Para aktivis pagi-pagi ngopi, merokok dan makan bubur ayam atau lontong sayur. Makanya pas usia 40 tahun ke atas, tenaganya sudah seperti lampu bolham 5 watt: letoy, malas dan sakit-sakitan.
Tapi dengan kawan menteri mantan sopir angkot ini beda banget. Ia setiap pagi sudah olahraga, keringatan dan joss menghadapi setiap aktivitas yang padat setiap hari.
Selain makannya yang sehat, ia suka olahraga. Dan yang paling unik: healing-nya yang standar.
Mancing Ikan di Kampung
Sedari masih aktivis, Bahlil sudah jadi pengusaha dengan growth mindset. Setiap aktivitasnya selalu mengarah ke pertumbuhan karir. Makanya saat usia 40 tahun ke atas hingga sekarang growth mindset itu akhirnya berbuah sangat cemerlang.
Makan sehat, olahraga dan healing yang tepat, termasuk ciri-ciri orang dengan growth mindset.
Bahlil kendati anak kampung, berasal dari keluarga miskin tapi mindset-nya adalah "pertumbuhan" yang kontinyu. Bill Gates orang terkaya di dunia, menilai orang kaya bukan dari harta yang ia miliki tapi dari aset yang bernama growth mindset.
Orang dengan growth mindset akan terus bertumbuh walau ia miskin, sementara orang kaya tapi memiliki mindset yang salah, ia bisa saja hancur. Itu kata Bill Gates.
Sedari dulu, saya sudah mengamati pola hidup Bahlil, kendati saya tidak sama-sama selalu dengannya. Lelaki alumnus "kampus miskin" dan grade C di Papua ini, memilih healing yang patut diteladani.
Jika rata-rata orang kaya kita memilih healing ke luar negeri sebagai prestise, Bahlil memilih memboyong keluarganya healing di pantai memancing ikan.
Hobby menteri ESDM yang unik ini, bukan baru sekarang tapi sejak dulu. Saat banyak aktivis masih berpikir proposal ke senior, Bahlil berpikirnya sudah 180 derajat di atas yang lain.
Ia datang ketemu alumni dalam rangka bersinergi dalam dunia bisnis. Jika yang lain bertemu alumni membawa amplop 1-2 juta, Bahlil sudah membawa proyek bisnis dengan jumlah puluhan miliar.
Gaya Hidup Sederhana Gemar Membantu
Tapi Bahlil tetap unik. Kendati sudah kaya sejak muda tapi gaya hidupnya tetap sederhana. Ketika di HMI belum ada uang untuk kegiatan, Bahlil sudah turun tangan membiayai kegiatan HMI, yang selalu bersandar dari bantuan senior.
Karena keseringan bantuan senior telat, lelaki mantan anak asrama Fakfak, Kamkey Abepura ini, yang selalu mem"bail out" kebutuhan organisasi yang berisi para aktivis seluruh Indonesia tersebut.
Bahlil diakui atau tidak, ia punya andil besar di PB HMI termasuk ke kader-kader Cipayung plus terutama yang berada di Papua dan sekitarnya.
Seandainya seperti orang lain, Bahlil bisa memilih ketika sudah kaya masih muda, ngapain lagi repot-repot dengan ide-ide kebangsaan dan keumatan yang melekat dengan dunia aktivis.
Tapi lelaki ini memilih setelah sukses adalah meneruskan spirit dunia aktivisme yang membesarkannya yakni menjadi insan akademis, pencipta dan pengabdi.
Spirit itu ia dapatkan di HMI, dan ia mekarkan sebagai spirit hidupnya hingga hari ini. Tapi dari semua itu, Bahlil lebih suka berlibur ke pantai memancing ketimbang keliling ke spot-spot ternama di luar negeri.
Ia juga bisa seperti lelaki metropolis yang suka dandan, jika ia mau lebih, lebih seperti Sahroni, yang membutuhkan perawatan fisik perbulan Rp200 juta di salon.
Bahlil tidak suka yang seperti itu. Ia selalu tampil natural dan apa adanya, sebagai manifestasi rasa syukurnya sebagai manusia otentik.
Isu Jet Pribadi

Ini masih terkait dengan healing Bahlil yang rela membayar berapa pun untuk sebuah tujuan mulia. Selain suka healing memancing di kampung, Bahlil pernah terbang dari Papua ke Banda, Maluku.
Daerah ini hanya bisa dilalui oleh kapal laut dan perahu layar. Mungkin lantaran sibuk, Bahlil rela menyewa jet pribadi untuk terbang ke Banda.
Sebagai pengusaha, waktu lebih mahal dari uang. Makanya untuk tidak menyia-nyiakan waktu, Bahlil rela terbang ke kampung kelahirannya di Maluku, untuk satu tujuan urgent.
Situasi ini sering ia lakukan saat ia masih jadi pengusaha. Makanya ketika Bahlil dan keluarga di saat Lebaran menyewa jet pribadi terbang dari Papua ke Sragen bertemu keluarga, langsung disorot publik sebagai pejabat boros, saya hanya tertawa.
Harus diketahui Bahlil itu sudah sering sewa jet pribadi sebelum ia jadi menteri. Disebut menteri boros dan tidak peka perasaan publik yang sedang krisis, itu tudingan yang salah alamat. Sampai di sini, publik yang salah melihat Bahlil, semoga tersadarkan.
Menggunakan jet pribadi untuk lelaki yang sangat sayang ibunya ini, jelas untuk menunjang aktivitasnya yang sangat padat dan bejibun.
Baca Juga: Mafia Pupuk vs Mentan Amran
Di luar itu, mengulik kehidupan seorang Bahlil, sangat unik. Mengenalnya cukup lama, saya melihatnya sebagai sosok yang anti teori sosiologis Timur.
Orang Timur itu identik dengan miskin, tertinggal hingga hidup di pasung dengan lingkaran setan kemiskinan dan ketertinggalan yang berkepanjangan.
Tapi untuk lelaki mantan sopir angkot ini, teori sosiologis orang Timur langsung berubah. Ia melawan kemiskinan, ia melawan kehidupan yang tidak sehat dan, ia juga melawan teori "ketika sudah kaya, hidup harus dinikmati dengan prestise yang mewah".
Seorang Bahlil tidak seperti itu. Inilah yang saya sebut, Bahlil itu sosok yang anti teori sosiologis Timur "yang identik dengan kampungan, miskin dan kaya sombong," itu tidak terlihat.
Tidak berlebihan, bila suatu saat cerita hidupnya perlu diamplifikasi secara luas, terutama untuk generasi Timur yang sangat membutuhkan inspirasi dan tokoh teladan yang kuat seperti dirinya.
Jika dahulu ada tokoh Timur yang identik dengan kecerdasan, brilian dan cerdas di ruang kelas, maka Bahlil adalah kebalikannya.
Bahlil adalah tokoh yang cerdas di ruang yang penuh duri dan liku-liku kehidupan. Tapi dari situlah ia tumbuh menjadi inspirasi yang layak diceritakan secara luas.***
Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance