Selasa, 22 Juli 2025
Term of Use Media Guidelines

Si Kabayan Jual Sawah demi Beijing (2): Refleksi Jelang HUT Kemerdekaan RI

Tak seperti Indonesia yang R&D-nya sebatas research tanpa development, China benar-benar mengembangkan riset menuju produk komersial. Nilai R&D industri kimianya setara 34% dari total global. Itu adalah bukti komitmen untuk mengubah ekonomi dari resource-based ke knowledge-based.

By
in Social Podium on
Si Kabayan Jual Sawah demi Beijing (2): Refleksi Jelang HUT Kemerdekaan RI
Ilustrasi China dan ambisinya untuk menguasai teknologi antariksa dan memperkuat dominasinya. (Sumber: Sputnik)

GWS

Oleh GWS, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah didapuk menjadi direktur utama sebuah BUMN dan kini memimpin sebuah perusahaan teknologi. Aktif menuangkan tulisan dan pemikirannya tentang isu keindonesiaan, kebangsaan, dan kemajuan negara, meski dengan nama samaran.

Yang bikin Kabayan makin kagum adalah cerita tentang Great Green Wall of China.

"Dulu Beijing sering kena badai pasir dari Gurun Gobi sampai langit jadi kuning kayak kunyit," cerita si profesor sambil nunjukin foto-foto lama Beijing yang suram.

"Sekarang? Mereka udah nanam 66 miliar pohon dalam 40 tahun terakhir—equivalent dengan 1.600 pohon per orang."

Program afforestation China tidak main-main: mereka tambah tutupan hutan dari 12% (1980) jadi 23% (2020). Beijing sekarang dikelilingi green belt seluas 1,2 juta hektar.

Hasilnya? Badai pasir yang dulu rutin sekarang jadi langka. "Mereka tidak cuma bikin pabrik, tapi juga bikin carbon sink untuk offset emisi industrinya," jelas si profesor.

Kabayan geleng-geleng: "Kita tutupan hutan malah berkurang gara-gara deforestasi. Mereka nambah tutupan hutan sambil industrialisasi. Multitasking tingkat dewa."

Solar PV Dominance: China menguasai 80% rantai pasokan panel surya global. Mereka tidak cuma assembling, tapi menguasai seluruh value chain, dari silicon purification sampai module production.

Kapasitas solar China 260 GW—lebih besar dari total kapasitas listrik Indonesia.

Wind Power Leadership: China punya 75% kapasitas wind turbine dunia. Mereka bikin turbin angin offshore terbesar dunia dengan kapasitas 18 MW per unit.

"Satu turbin mereka bisa supply listrik untuk 25.000 rumah," kata si profesor. "Kita satu PLTD bisa blackout se-kota."

Polluter yang Menjadi Climate Champion

Battery & ESS Revolution: CATL dan BYD menguasai 50% pasar baterai global. Mereka tidak cuma bikin baterai mobil, tapi juga Energy Storage System skala grid untuk stabilisasi jaringan listrik.

China sekarang punya 35 gigawatt (GW) kapasitas battery storageequivalent dengan 35 PLTU batubara.

Smart Grid Innovation: China membangun smart grid terbesar dunia dengan 1,1 miliar smart meter. Mereka bisa monitor dan optimize konsumsi listrik real-time untuk 1,4 miliar orang.

"Kita PLN masih sering padam, mereka udah bisa prediksi padam sebelum terjadi," sindir si profesor.

Nuclear Innovation: Yang paling gila adalah Small Modular Reactor (SMR) mereka. China sedang kembangkan reaktor nuklir portable yang bisa dipasang di pulau-pulau terpencil.

"Mereka bikin nuklir yang bisa di-containerize, kita masih debat soal PLTN Bangka Belitung," gumam Kabayan.

Rare Earth Monopoly: China menguasai 85% produksi rare earth metals dunia—bahan baku esensial untuk teknologi modern dari smartphone sampai missile.

Mereka tidak cuma punya deposit terbesar, tapi juga teknologi processing paling canggih. "Tanpa rare earth China, iPhone tidak bisa ada," kata si profesor. "Mereka pegang choke point teknologi global."

Infrastruktur Gila: Maglev sampai C919

Fusion Breakthrough: Yang bikin Kabayan jantungan adalah program EAST (Experimental Advanced Superconducting Tokamak) China yang berhasil mempertahankan plasma 120 juta°C selama 101 detik.

"Mereka udah mulai eksperimen reaktor fusi—energi masa depan yang unlimited," jelas si profesor. "Sementara kita masih debat PLTN konvensional yang pake fisi."

Quantum Computing: China punya komputer kuantum "Jiuzhang" yang 100 triliun kali lebih cepat dari supercomputer klasik.

Mereka sedang racing dengan Google dan IBM untuk mencapai quantum supremacy. "Kita masih susah internet 4G stabil, mereka udah main di level kuantum," keluh Kabayan.

High-Speed Rail Network: China punya 42.000 kilometer (km) rel kereta cepat—70% dari total dunia. Beijing-Shanghai (1.300 km) ditempuh dalam 4,5 jam dengan kecepatan rata-rata 300 km/jam.

Mereka berhasil membangun seamless connectivity untuk 1,4 miliar orang.

Maglev Technology: Shanghai Maglev Train mencapai 430 km/jam dengan teknologi magnetic levitation. "Kereta mereka melayang di udara tanpa roda menyentuh rel," kata si profesor sambil cengar-cengir.

"Kita baru punya satu KCIC Jakarta-Bandung hasil bantuan mereka, mereka udah punya 42.000 km rel kereta cepat di seluruh negeri."

Bridge Engineering: China bikin jembatan terpanjang dunia—Danyang–Kunshan Grand Bridge (165 km). Mereka juga punya teknologi jembatan cable-stayed dan suspension paling canggih.

"Jembatan Suramadu 5,4 km aja jadi headline, mereka bikin jembatan 165 km kayak bikin overpass," sindir Kabayan.

Space Program: Tanpa Drama, Tanpa Gembar-Gembor

ShenzhouCommercial Aviation: COMAC C919 adalah pesawat komersial buatan China yang bersaing langsung dengan Boeing 737 dan Airbus A320.

"Mereka tidak cuma assembling pesawat asing, tapi bikin pesawat sendiri dengan teknologi indigenous," jelas si profesor. "Kita N219 masih prototipe, mereka C919 udah terbang komersial."

Tiangong Space Station: China punya stasiun luar angkasa sendiri yang operational sejak 2021. Mereka berhasil launch dan return astronot berkali-kali tanpa drama.

"Tidak seperti program luar angkasa lain yang sering gagal dan jadi headlines, China diam-diam membangun kehadiran di luar angkasa," kata si profesor.

Mars & Moon Missions: Chang'e 4 adalah misi pertama yang berhasil landing di sisi gelap bulan. Zhurong rover berhasil explore Mars. "Mereka tidak gembar-gembor di media, tapi achievement-nya solid," lanjut si profesor.

Satellite Constellation: BeiDou adalah sistem global positioning system (GPS) China yang compete dengan GPS Amerika dan GLONASS Rusia.

Mereka punya 35 satelit yang cover seluruh dunia dengan akurasi tinggi. "Kita masih bergantung GPS Amerika, mereka udah punya GPS sendiri," keluh Kabayan.

Yang bikin Kabayan terpana: semua program space China dilakukan tanpa drama berlebihan. Tidak ada live stream spektakuler atau media hype. "Mereka low profile tapi high impact—seperti orang Tionghoa pada umumnya," simpul si profesor.

Kabayan melongo: "Mereka tidak cuma masuk industri baru, tapi langsung jadi pemimpin. Seperti murid baru yang langsung jadi ketua kelas, sementara murid lama jadi penonton."

Economic Complexity: dari Periphery ke Core

naga vs elangYang paling bikin Kabayan nyengir adalah penjelasan tentang pergerakan China dalam product space. Tahun 1980, China berada di "periphery"—cuma bisa produksi barang sederhana dengan kompleksitas rendah.

Sekarang mereka di peringkat 21 Economic Complexity Index dengan skor 1.16, berhasil pindah ke "dense core" product space.

"Itu artinya apa?" tanya Kabayan polos. "Artinya mereka sekarang bisa produksi barang-barang rumit yang cuma bisa dibuat beberapa negara saja," jelas si profesor.

"Dari produksi sandal jepit dan kaos oblong, sekarang mereka produksi supercomputer dan rocket. Dari eksportir barang murah, jadi eksportir teknologi canggih."

Yang bikin hebat: China melakukan "unrelated diversification" dengan sukses. Dari pertanian loncat ke industri berat, dari industri berat ke teknologi tinggi, dari teknologi tinggi ke artificial intelligence.

Setiap lompatan dilakukan dengan strategi yang well-calculated.

Baca Juga: Si Kabayan Jual Sawah demi Beijing (1): Refleksi Jelang HUT Kemerdekaan RI

Kabayan tercengang ketika mendengar angka investasi research and development (R&D) China. Tidak seperti kita yang R&D-nya masih sebatas research tanpa development, mereka benar-benar mengubah riset jadi produk komersial.

Industri kimia China: R&D 34% dari total global. Itu bukan cuma angka, tapi bukti komitmen mengubah ekonomi dari resource-based jadi knowledge-based.

"Kita bangga punya 17.000 pulau, mereka bangga punya 1,4 miliar otak yang produktif," gumam Kabayan sambil ngilu. "Kita investasi di infrastruktur fisik, mereka investasi di infrastruktur mental."***

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance.

\