Pneumonia Jepang Tewaskan Barbie Hsu, Pelancong Harap Waspada
Menurut WHO, pneumonia membunuh 2,5 juta orang di seluruh dunia dalam setahun.

Jakarta, TheStanceID – Jepang tengah menghadapi peningkatan kasus pneumonia, yang dipicu bakteri Mycoplasma pneumoniae. Alih-alih merilis larangan kunjungan ke Jepang atau memperketat pemeriksaan kesehatan di bandara, pemerintah masih santai-santai saja.
Berdasarkan data dari Institut Penyakit Menular Nasional Jepang, sejak September 2024 hingga Januari 2025, tercatat ada sekitar 9,5 juta kasus influenza, dengan hampir 6.000 di antaranya merupakan pneumonia mikoplasma.
Angka ini meningkat lebih dari 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak pencatatan dimulai tahun 1999, sekaligus menunjukkan lonjakan yang sangat mengkhawatirkan.
Barbie Hsu, aktris Taiwan, menjadi salah satu korban ganasnya pneumonia yang dipicu oleh infeksi influenza tersebut.
Aktris 48 tahun yang dikenal melalui perannya sebagai Shan Cai dalam serial "Meteor Garden" tahun 2001 ini dinyatakan meninggal dunia karena pneumonia akibat influenza.
Peristiwa tragis ini terjadi saat ia dan keluarganya berlibur di Jepang untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Kematian mendadak Barbie Hsu seolah menjadi pengingat akan bahaya influenza dan komplikasinya, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan yang rentan.
Pneumonia, sebagai salah satu komplikasi serius dari influenza, dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.
Artis Indonesia Lolos dari Maut
Salah satu artis tanah air, Fenita Arie termasuk yang beruntung karena mampu mendeteksi gejala dan mendapatkan perawatan segera.
Istri presenter Arie Untung tersebut didiagnosis menderita Pneumonia usai berlibur dari Jepang pada 10 Januari 2025. Setiba di tanah air, Fenita mengalami batuk keras yang tak kunjung sembuh dan kesulitan bernafas.
Ia sempat dirawat intensif di rumah sakit sebanyak dua kali, hingga akhirnya diperbolehkan pulang. Namun efek pneumonia tersebut hingga kini masih dirasakan, sehingga dia belum dapat menjalani aktivitas berat seperti biasanya.
Dengan lonjakan kasus pneumonia di Jepang, Kementerian Kesehatan Indonesia sejauh ini mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI) yang berencana bepergian ke Jepang atau negara dengan cuaca dingin lainnya untuk berhati-hati.
Namun, sejauh ini belum ada larangan resmi dan masyarakat diharapkan mengikuti perkembangan situasi dari sumber-sumber terpercaya, seperti Kementerian Kesehatan Jepang dan otoritas kesehatan setempat.
Hal ini berbeda dari Hong Kong dan Thailand yang telah menyarankan warganya untuk menunda perjalanan ke Jepang sampai situasi membaik.
Gejala dan Penyebaran Pneumonia
Epidemiolog sekaligus Peneliti Keamanan Kesehatan dari Griffth University Australia, Dicky Budiman mengatakan lonjakan Pneumonia di Jepang terbilang cukup signifikan.
“Berdasarkan data yang tersedia, saya sampaikan bahwa Jepang saat ini mengalami peningkatan signifikan dalam kasus influenza. Sejak September 2024 hingga Januari 2025, tercatat lebih dari 9,5 juta kasus,” ungkap Dicky saat dihubungi TheStanceID, Senin (10/2/2025).
Situasi ini, kata dia, menjadi perhatian serius karena pneumonia dapat menyebabkan komplikasi fatal, terutama pada individu dengan kondisi kesehatan yang lemah.
Influenza dapat menyebabkan pneumonia melalui dua mekanisme utama.
Pertama, akibat Infeksi Virus Langsung, di mana virus influenza langsung menginfeksi jaringan paru-paru, memicu peradangan dan kerusakan alveoli--bagian paru-paru yang menyimpan oksigen dan menyalurkannya ke pembuluh darah.
“Jika terjadi kerusakan dan peradangan, pertukaran oksigen terganggu, yang dapat menyebabkan gejala pneumonia dan bahkan fatalitas jika tidak segera ditangani,” jelas Dicky.
Kedua, akibat Infeksi Bakteri Sekunder, yang membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga membuka peluang bagi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae atau Mycoplasma pneumoniae untuk menginfeksi paru-paru.
“Infeksi sekunder ini dapat menyebabkan pneumonia yang lebih parah,” sambung dia.
Kelompok Risiko Kematian Tinggi
Menurut Dicky, kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak, individu dengan kondisi medis kronis, atau mereka yang memiliki imunitas rendah, memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat pneumonia yang terkait dengan influenza.
Dicky menduga, penularan influenza kemungkinan telah terjadi di Indonesia, terutama dari orang yang tiba dari berlibur ke Turki, Korea Selatan, Jepang, atau China.
Namun, angka penularannya belum sebesar Jepang karena ada keterbatasan pemeriksaan untuk mendeteksi dan diagnosis pasien."Perlu ada langkah antisipasi lagi. Jangan lupa vaksinasi influenza, Pneumococcal Conjugate Vaccine [PCV], dan vaksinasi meningitis kalau mau umrah."
Vaksinasi, menurut Dicky, terbukti meningkatkan imunitas dan perlindungan serta mengurangi potensi keparahan dan kematian akibat influenza.
Dicky menekankan agar segera lakukan vaksinasi influenza dan PCV sesegera mungkin. “Jika sudah lebih dari satu atau dua tahun sejak vaksinasi terakhir, pastikan untuk mendapatkan dosis pembaruan, terutama bagi mereka yang akan bepergian ke daerah berisiko tinggi,” paparnya.
Angka Pneumonia di Indonesia Tinggi
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pneumonia adalah penyebab infeksi tunggal terbesar yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Ada 2,5 juta kasus kematian akibat pneumonia di dunia yang dilaporkan pada tahun 2019.
Di Indonesia, data Kemenkes pada tahun 2022 menyebutkan ada 310.871 kasus pneumonia.
Terbaru, berdasarkan data pemantauan Severe Acute Respiratoty Infection (SARI) Kemenkes tahun 2023-2024, pada bulan Januari 2024 ada 133 kasus pneumonia dan kemudian meningkat per bulan Mei sebanyak 152 orang.
Sempat turun selama periode Juni-Desember, angka tersebut per Januari 2025 naik kembali menjadi 142 orang.
Sementara itu, jumlah kematian akibat pneumonia pada bulan Januari-Februari 2024 mencapai 39 orang, dan 20 orang di bulan November-Desember di tahun yang sama.
Kasus kematian akibat pneumonia sebagian besar karena pasien memiliki penyakit penyerta atau komorbid yakni, diabetes (28%), kardiovaskular (18%), Penyakit Paru Obstruktif Kronis atau PPOK (13%), tuberkulosis (7%).
Sisanya, sebesar 2-5%, adalah komorbid lain-lain yaitu kelainan hematologis dan hati kronis yang didominasi pada usia lebih dari 65 tahun sebanyak 46%.
Tren tersebut menurut Kemenkes, cenderung meningkat dari akhir ke awal tahun, yang menyesuaikan kondisi musim, sehingga sesuai dengan pola musiman. Umumnya di belahan bumi utara, musim flu masih berlangsung hingga Maret.
Untuk itu, bagi mereka yang berencana bepergian ke negara-negara seperti Turki, Korea, Jepang, atau Tiongkok, pemerintah menyerukan perbaikan imun dan vaksinasi influenza.
Cegah Penularan Influenza
Lebih lanjut, Dicky Budiman menekankan bahwa Influenza bukanlah penyakit biasa melainkan penyakit serius yang dapat menjadi komplikasi fatal salah satunya pneumonia yang mematikan.
Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk terus waspada terutama jika mengalami flu. “Jika dalam 2-3 hari tidak ada perbaikan, segera periksa ke dokter,” tegasnya.
Dicky juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan 5M, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Menurutnya, risiko penyebaran influenza cukup tinggi saat musim hujan di Indonesia, termasuk musim dingin di belahan bumi utara.
“Karenanya dengan menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan orang sakit, dan memastikan vaksinasi yang lengkap adalah langkah terbaik untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar,” ujarnya.
Pemerintah, kata Dicky, juga memiliki tanggung jawab besar untuk meningkatkan cakupan vaksinasi influenza dan PCV. Termasuk, ketersediaan vaksin dan fasilitas kesehatan untuk merespons situasi dan ancaman pneumonia di masa depan. (par)
Untuk menikmati berita cepat dari seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.