Maksud Hati Dibungkam, Lagu 'Bayar Polisi' Justru Kian Menggema

Sukatani mewakili petani dan dikenal sebagai band Punk Agraria. Seniman kritis lainnya juga ditekan.

By
in Pop Culture on
Maksud Hati Dibungkam, Lagu 'Bayar Polisi' Justru Kian Menggema
Sukatani, band post-punk asal Purbalingga Jawa Tengah (Sumber : IG Sukatani)

Jakarta, TheStanceID - Kekuasaan dan seni dalam sejarah bangsa Indonesia kerap kali tak sejalan. Padahal, seni merupakan salah satu instrumen paling jujur dalam membaca fenomena apa yang tengah terjadi di masyarakat.

Mulai dari kegelisahan, penderitaan, suka cita, hingga harapan masyarakat, semuanya diserap dan disampaikan seniman lewat cara dan medium apapun.

Tak heran, ketika berkuasa, rezim otoriter Orde Baru selalu membatasi ruang gerak seniman dalam berkarya. Hal tersebut bukan tanpa sebab, karena seni tidak hanya bersifat estetis, tetapi juga kerap mengandung muatan kritik sosial.

Alhasil, Orde Baru langsung membredel, mencekal, dan membubarkan paksa pentas seni. Penyair W.S. Rendra, Ratna Sarumpaet, hingga musisi Iwan Fals pernah merasakan beratnya berkesenian pada masa itu.

Kini, 27 tahun kemudian, meski Orde Baru diklaim telah tumbang, kekuasaan lewat berbagai instrumennya masih belum berlapang dada dengan kritik sosial yang disampaikan lewat karya seni.

Terbaru, Band post-punk asal Purbalingga Jawa Tengah, Sukatani yang tiba-tiba membuat video pernyataan permintaan maaf terbuka dan menghapus lagu Bayar Bayar Bayar dari platform streaming.

Band yang digawangi Alectroguy dan Twister Angel itu meminta maaf karena lagu Bayar Bayar Bayar mengandung lirik "bayar polisi."

Tampil beda tanpa menggunakan penutup muka balaclava yang jadi konsep dan ciri khas personil Sukatani, duo musisi ini juga membuka identitas nama asli mereka, saat menyampaikan permintaan maafnya.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul lagu Bayar Bayar Bayar yang liriknya 'bayar polisi' yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial," ujar Alectroguy via Instagram @sukatani.band, Kamis (20/2/2025).

Sukatani juga menjelaskan alasan lirik "bayar polisi" tercantum di lagu itu. Menurut Alectroguy, lagu yang sudah dirilis pada 4 Juli 2023 dan masuk Album pertama Sukatani berjudul Gelap Gempita itu ditujukan kepada polisi yang melanggar aturan.

Namun, keduanya memutuskan menarik lagu tersebut dari peredaran, akibat lirik yang menyebut polisi. Mereka pun memastikan Bayar Bayar Bayar sudah tidak tersedia di platform streaming digital.

"Sebenarnya lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan," ungkap Alectroguy. "Saya telah mencabut dan menarik lagu ciptaan kami yang berjudul Bayar Bayar Bayar, lirik lagu bayar polisi," ujarnya dengan nada datar.

Pembungkaman dan Dugaan Intimidasi

Setelah video permintaan maaf Sukatani beredar, publik pun bertanya-tanya dan menilai telah terjadi pengekangan terhadap kebebasan berpendapat dan pembungkaman pada kritik melalui seni.

Arian, vokalis band Seringai, yang menyuarakan dukungan terhadap Sukatani meyakini band tersebut telah diintimidasi. "SUKATANI DIINTIMIDASI. SUKATANI SELAMANYA 1312 SELAMANYA," ujar Arian.

Selain itu, Rapper Tuan Tigabelas juga ikut bersuara. Ia mengungkapkan situasi yang tengah dialami Sukatani usai mereka menurunkan lagu Bayar Bayar Bayar dari platform streaming.

"Ini ga fun tapi sad but true, band Sukatani diintimidasi polisi dan dipaksa menurunkan karya mereka dari streaming service," cuit Tuan Tigabelas.

Polisi Akui Datangi Sukatani

Belakangan, Polda Jawa Tengah mengakui sempat melakukan klarifikasi terhadap Band Sukatani terkait lagu itu. Namun, mereka membantah telah melakukan intervensi dan meminta Band Sukatani untuk membuat video permintaan maaf.

"Jadi klarifikasi itu hanya sekadar kita ingin mengetahui tentang maksud dan tujuan dari pembuatan lagu tersebut," ucap Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Artanto kepada wartawan, Jumat (21/05/2025).

Artanto mengatakan band Sukatani bisa mengedarkan lagunya kembali. "Monggo aja, bebas, tidak ada masalah." ujarnya.

Polri mengklaim menghargai kritik dalam lagu tersebut. Bahkan, kata Artanto, yang memberikan kritik membangun kepada Kepolisian merupakan teman Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Setelah mendapat sorotan tajam publik, Biro Pengamanan Internal Divpropam Polri langsung memeriksa empat personel Subdit I Ditressiber Polda Jawa Tengah terkait dugaan intimidasi terhadap personel Band Sukatani.

Lewat akun resmi X, Divpropam Polri mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut dilakukan sebagai bentuk Polri tak anti kritik dan menerima masukan. Pemeriksaan juga turut dilakukan oleh Subbidpaminal Bidpropam Polda Jateng.

"Empat personel Subdit I Ditressiber Polda Jateng telah diperiksa oleh Subbidpaminal Bidpropam Polda Jateng & di backup oleh Biropaminal Divpropam Polri," demikian dikutip dari unggahan mereka.

Perhatian pada Isu pertanian

Sukatani merupakan duo dance-punk Purbalingga yang telah malang melintang sejak 2022. Band itu digawangi Syifa Al Lufti alias Alectroguy sebagai gitaris dan produser serta Novi Citra alias Twister Angel sebagai vokalis.

Kehadiran mereka di musik underground pun langsung menyita perhatian karena memiliki konsep panggung yang unik. Dengan mengenakan penutup kepala balaclava dan kerap membagikan sayuran setiap kali tampil.

Mereka memilih sayuran sebagai bagian dari aksi panggungnya, karena band itu kerap menyuarakan perlawanan dan perjuangan petani dalam lagu-lagunya. Lewat tindakannya itu, mereka terkenal sebagai band Punk Agraria.

Isu-isu seputar lahan juga tak luput mereka suarakan. Salah satunya ada di lagu berjudul Alas Wirasaba, yang membahas bagaimana pembangunan infrastruktur berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

Lagu ini ditulis dengan menggunakan dialek bahasa Banyumasan yang membawa nostalgia masa kecil para personil Sukatani akan hutan yang dulunya menjadi tempat bermain waktu kecil, kini dengan alasan pembangunan disulap menjadi bandara.

Beberapa lirik Sukatani menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pertanian bagi kehidupan serta sebagai wujud terima kasih kepada para petani atas kerja keras mereka dalam menjaga ketahanan pangan.

Keresahan nasib petani dan isu agraria itu terangkum pula dalam album debut berjudul Gelap Gempita. Album yang dirilis pada 24 Juli 2023 itu terdiri dari delapan lagu, termasuk Bayar Bayar Bayar yang tengah ramai disorot.

Tagar Indonesia Gelap Mengemuka

Meski Sukatani Band memilih meminta maaf dan menarik lagu Bayar Bayar Bayar, dukungan justru mengalir dari kalangan musisi dan warganet. Tagar #KamiBersamaSukatani juga menggema di media sosial sebagai bentuk dukungan untuk para personil Sukatani.

"Gausah ditarik lagunya, gas terus!!!" ujar Stevi Item, gitaris Deadsquad, dalam kolom komentar unggahan Sukatani.

"Sukatani Forever! #kamibersamasukatani" kata band Morfem di kolom yang sama.

"Tempo hari lukisan diturunkan dari pameran, hari ini lagu dicabut dari peredaran. Besok apa lagi?," tanya komika Soleh Solihun dalam akun X nya.

Tidak hanya ramai di media sosial, lagu Bayar Bayar Bayar milik Sukatani juga menggema dan menjadi Anthem alias lagu kebangsaan massa aksi Indonesia Gelap di berbagai daerah di Indonesia.

Padahal, seminggu sebelumnya, mungkin tidak banyak orang yang tahu lagu tersebut. Di sela-sela aksi para demonstran memutar lagu Bayar Bayar Bayar lewat mobil komando.

Mau bikin SIM, bayar polisi....

Ketilang di jalan, bayar polisi....

Lagu ini seolah mewakili keresahan mahasiswa dan masyarakat akan kondisi Indonesia saat ini yang dinilai sedang tidak baik-baik saja, termasuk bentuk solidaritas atas sikap represif dan pembungkaman karya seni.

Kemunduran Bagi Demokrasi

Sebelum ramai band Sukatani, pembredelan juga menimpa pementasan kelompok Teater Payung Hitam yang berjudul "Wawancara dengan Mulyono" yang dijadwalkan pada Sabtu dan Ahad, 15-16 Februari 2025.

Namun, pementasan itu batal digelar setelah menemui sejumlah hambatan, mulai dari baliho dicopot hingga pintu ruang pertunjukan digembok pihak kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Pada akhir Desember 2024, karya seni pelukis asal Yogyakarta, Yos Suprapto, juga mengalami pembredelan yang membuatnya gagal dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Dugaannya, sejumlah karya lukisan Yos mengandung kritik tajam dan sindiran terhadap mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo. Pameran lukisan ini mulanya dijawalkan akan dipamerkan pada 20 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.

Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Julius Ibrani menekankan jika benar ada anggota polisi merepresi Sukatani karena mengekspresikan kritik lewat lagu, maka jelas mereka melakukan pembangkangan kepada Kapolri.

“Karena Sigit [Kapolri] juga pernah mengatakan siapa yang mengkritik polisi paling keras dia akan dijadikan duta untuk mengkritik polisi,” ujar dia.

Menurutnya, karya Sukatani merupakan bentuk kebebasan ekspresi dalam konteks berkesenian, terlebih muatannya mengandung unsur kritik yang membangun negara.

"Jika benar ada keterlibatan aparat kepolisian atas sikap Sukatani, maka itu sebagai bentuk kemunduran demokrasi. Saat era Orde Baru dulu, setiap karya yang mengkritik pemerintah dilarang terbit," ujarnya. (est)


Untuk menikmati berita cepat dari seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.