Selasa, 19 Agustus 2025
Term of Use Media Guidelines

Bernilai Material, Ini Daftar Kasus Pelecehan Seksual Terbesar yang Bikin Boncos

Inilah kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi di ekosistem bisnis korporasi, dan berujung denda penyelesaian dan/atau kompensasi terbesar dalam sejarah modern. Uber memimpin dengan estimasi nilai penyelesaian hingga Rp6.500 triliun terhadap ribuan penumpang armadanya.

By
in Now You Know on
Bernilai Material, Ini Daftar Kasus Pelecehan Seksual Terbesar yang Bikin Boncos
Ilustrasi yang dipakai Uber dalam kampanye anti-pelecehan seksual di laman resminya. (Sumber: https://www.uber.com/)

Jakarta, The Stance - Kejahatan seksual korporasi terbesar abad ini bakal segera diproses di pengadilan Amerika Serikat (AS), yakni pelecehan Uber. Pada Kamis (14/8/2025), pengadilan memutuskan sidang perdana akan dimulai pada 8 Desember 2025.

Dalam pengadilan tersebut, penggugatnya adalah Dean. Dia memakai nama samaran untuk melindung identitasnya, sebagai korban pemerkosaan di taksi online Uber.

Perempuan asal Arizona, AS, ini mengaku diperkosa oleh seorang pengemudi Uber yang sebelumnya telah dilaporkan berulang kali oleh para pelanggannya atas komentar cabul dan pelecehan seksual.

Namun, Dean tak pernah mendapat peringatan atau petunjuk dari Uber untuk mengakses fakta tersebut, sehingga berujung pada penyerangan seksual dan pemerkosaan yang dialaminya.

Uber, yang sempat beroperasi di Indonesia tapi telah angkat koper dan diserahkan ke Grab, tengah menghadapi gelombang gugatan kekerasan seksual terbesar dalam sejarah AS dan juga dunia.

Ribuan korban dari seluruh penjuru Negeri Sam menuduh pengemudi Uber melakukan kekerasan seksual terhadap mereka dan menuntut perusahaan untuk bertanggung jawab secara hukum.

Mereka menilai Uber gagal menyaring latar belakang pengemudi dengan benar, mengabaikan keluhan para pelanggan terkait pelecehan seksual, dan tidak menerapkan langkah pencegahan dan perlindungan keselamatan yang mendasar.

Uber, Sarang Dugaan Pelecehan Seksual

Gugatan-gugatan ini kini dikonsolidasikan dalam kasus berpredikat ‘Uber Technologies Inc., Passenger Sexual Assault Litigation’ di Distrik Utara California, AS.

Per Agustus 2025, sudah ada lebih dari 2.500 penggugat di lebih dari 29 negara bagian yang bergabung dalam gugatan tersebut, dan diperkirakan terus meningkat .

Tim Riset The Stance mengompilasi kejahatan seksual serupa yang terjadi di korporasi besar, dengan nilai gugatan dan/atau penyelesaian setara miliaran hingga triliunan rupiah.

Hasilnya, Uber yang telah lama menghadapi tudingan pelecehan seksual bahkan di lingkungan kantor duduk di peringkat pertama.

Tuduhan mengenai budaya "bro" di perusahaan itu muncul pada tahun 2017, mencakup keluhan bahwa manajemen senior kerap melontarkan lelucon seksis ke karyawan, dan mengunjungi rumah bordil di Seoul dalam rangkaian kegiatan perusahaan.

Sejak tahun 2017 sampai 2022, ada 400.000 laporan pelecehan seksual di perusahaan tersebut, yang memicu pengunduran diri Chief Executive Office (CEO) Uber, Travis Kalanick.

Dengan perkiraan denda penyelesaian berkisar US$300.000-US$1 juta/korban, total nilainya bisa mencapai maksimum US$400 miliar, atau setara Rp6.500 triliun.

McDonald's dan Google, Didemo Karyawan Sendiri

McDonald'sDi posisi kedua, ada McDonald's yang menghadapi gugatan class action pelecehan seksual yang memicu pembayaran senilai jutaan dolar sebagai ganti rugi kepada karyawan dan mantan karyawan.

Pada April 2020, sebanyak 5.000 karyawan mengajukan gugatan bersama (class action) senilai US$500 juta (Rp8 triliun), karena mengalami pelecehan fisik dan verbal dari rekan kerja dan pelanggan di berbagai lokasi McDonald's.

Gugatan class action tersebut menyatakan bahwa McDonald's memiliki masalah pelecehan seksual sistemik dan gagal memastikan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan dan diskriminasi.

Kasus ini diselesaikan dengan uang penggantian di bawah tangan, yang nilainya tidak dipublikasikan. Proses hukum pun dihentikan.

Pada tahun 2018, New York Times melaporkan bahwa Google menyembunyikan gugatan pelecehan seksual yang melibatkan salah satu karyawan seniornya dan mengizinkan karyawan itu mengundurkan diri dengan uang pisah senilai US$90 juta.

Ketika berita itu tersiar, ribuan karyawan Google di seluruh dunia melakukan aksi mogok kerja untuk menuntut perusahaan mengubah cara menangani kasus pelecehan seksual, dan mempromosikan kesetaraan gender serta ras di tempat kerja.

Google saat itu menghadapi gugatan senilai US$340 juta (Rp5 triiun) dan setuju untuk membayar uang penyelesaian melalui arbitrase bawah tangan. Nilai gugatan itu membawa Google di posisi kedua sebagai perusahaan paling rugi akibat skandal seks.

Weinstein dan Fox, Rumah Kreatif yang Cabul

Weinstein

Skandal seksual yang berujung pada penyelesaian bernilai jumbo terbesar ketiga terjadi di rumah produksi Weinstein, produsen film Hollywood kelas atas milik Harvey Weinstein.

Nilai penyelesaiannya mencapai US$47 juta (Rp760 miliar) yang melibatkan beberapa korban pelecehan dan kekerasan seksual dari kalangan artis yang angkat bicara setelah belasan dan puluhan tahun diam.

Mereka muncul dengan menggunakan tagar #MeToo (#SayaJuga), untuk menunjukkan bahwa mereka juga pernah dilecehkan (baik verbal maupun fisik) oleh produser berpikiran jorok berdarah Yahudi tersebut.

Di posisi keempat ada 21st Century Fox yang menjadi pusat penyelesaian terbesar yang dimenangkan karyawan dalam gugatan pelecehan seksual terhadap perusahaan yang tercatat di Fortune 500.

Gugatan diajukan oleh jurnalis selebritas dan pembawa berita Gretchen Carlson terhadap mantan pimpinan Fox News, Roger Ailes. Dia menuduh bahwa Ailes menurunkan jabatannya dari segmen "Fox & Friends" setelah ia menolak ajakan seksualnya.

Carlson juga menuding bahwa 21st Century Fox tidak merespons dengan baik ketika ia melaporkan perilaku seksis oleh rekan kerjanya, Steve Doocy.

Setelah berseteru di ranah hukum, 21st Century Fox setuju membayar uang penyelesaian senilai US$20 juta (Rp333 miliar) yang dibayarkan kepada Carlson.

Setelah penyelesaian ini, Perseroan membentuk Dewan Profesionalisme dan Inklusi Tempat Kerja Fox News.

Ford, Dituding Seksis dan Rasis

Ford

Di posisi kelima ada Ford Motor, yang menjadi perusahaan di daftar Fortune 500 dengan total denda tertinggi terkait pelecehan seksual dan diskriminasi, yakni senilai US$34,2 juta (Rp553 miliar).

Angka itu menjadi denda terbesar di industri kendaraan bermotor dunia, yang melibatkan klaim pelecehan seksual dan rasial terhadap sekelompok individu di dua pabrik Ford di wilayah Chicago.

Kasus itu ditangani pengadilan federal yang dipimpin Komisi Kesempatan Kerja Setara (EEOC), di mana EEOC menemukan bukti yang mendukung klaim para karyawannya.

Mereka bahkan menemukan bukti bahwa Ford "menghukum" karyawannya yang melaporkan pelecehan tersebut pada tahun 2017.

Ford akhirnya setuju berdamai dengan EEOC dan memulai pelatihan dalam kebijakan anti-pelecehan dan membayar penyelesaian sebesar US$10,1 juta (Rp163 miliar), atau sepertiga dari nilai gugatan.

Baca Juga: Dokter Perkosa Pasien, Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

Di posisi keenam ada perusahaan keluarga Kroger, pemilik waralaba peritel modern Kroger, Ralphs Grocery, dan Fred Meyer Stores, yang menghadapi banyak tuntutan pelecehan seksual dalam 20 tahun terakhir.

Sempat lolos di beberapa kasus dugaan pelecehan seksual yang dihadapi, Ralphs pada tahun 2002 sepakat menyelesaikan gugatan pelecehan seksual sebesar US$6,5 juta (Rp105 miliar).

Saat itu EEOC mewajibkannya membuat mekanisme dan kebijakan anti-pelecehan seksual. Ironisnya, kasus serupa kembali terulang.

Mereka kemudian membayar denda penyelesaian atas tiga kasus pelecehan seksual lainnya pada tahun 2008 (US$485.000 atau Rp7,85 miliar), pada 2014 (US$487.500 atau Rp7,9 miliar), dan pada 2015 (senilai US$42.500 atau Rp688 juta).

Total, perusahaan keluarga ini harus membayar penyelesaian senilai US$7,5 juta atau Rp121,4 miliar karena gagal mengendalikan hawa nafsu manajemen dan/atau karyawannya. (ags)

Simak info publik, kebijakan & geopolitik dunia di kanal Whatsapp dan Telegram The Stance

\