OPINI ANTHONY: Indonesia Kegocek Vietnam Karena Satu Hal Ini

Jika pemerintah tak kunjung berubah di aspek satu ini, bukan hanya Vietnam yang bakal melibas Indonesia.

By
in Social Podium on
OPINI ANTHONY: Indonesia Kegocek Vietnam Karena Satu Hal Ini
Anthony Budiawan, Board of Expert TheStanceID bidang Ekonomi Makro & Moneter

Jakarta, TheStanceID - Belakangan ini ramai di medsos soal organisasi masyarakat (ormas) yang nekad memblokade dan menyegel sebuah gedung pabrik, dengan alasan bahwa mereka tidak dilibatkan dalam proses produksi.

Mereka beralasan ingin ikut ambil bagian. Bukan sebagai pekerja, melainkan jadi penguasa proyek—dari katering, transportasi, sampai distribusi. Jika tak dikabulkan pabrik pun mereka segel, operasi terhenti.

Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar mengaku sudah mendapat laporan batalnya investasi dan risiko tertunda investasi bernilai ratusan triliun rupiah karena aksi mereka, dan mengadu kepada Presiden Prabowo Subianto.

Di sisi lain, negara lain kian melejit dengan capaian investasi dan ekonomi, salah satunya Vietnam yang sering "diadu" dengan Indonesia.

Lembaga statistik Vietnam (GSO) Januari lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi Vietnam pada 2024 mencapai 7,09%. Sementara produk domestik bruto (PDB) per kapita Vietnam pada kuartal IV tahun lalu bahkan tumbuh hingga 7,55%.

Pertumbuhan ekonomi di Negeri Paman Ho yang terus meningkat tersebut salah satunya didorong oleh nilai investasi asing yang terus tumbuh.

Seperti diketahui, Vietnam saat ini menjadi salah satu surga bagi para investor asing, termasuk raksasa teknologi seperti Nvidia dan Apple. Sebelumnya ada Qualcomm, Amcor Technology, Intel, sampai Starlink-nya Elon Musk juga ikut berinvestasi.

Ada Apa dengan Indonesia?

Sebenarnya Vietnam kalah menarik dari Indonesia di mata investor asing berdasarkan indeks keyakinan investasi asing khusus negara berkembang yang dirilis lembaga konsultan Kearney. Namun, Vietnam unggul dalam indeks kemudahan berbisnis.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan keberhasilan Vietnam tidak hanya berasal dari pembangunan infrastruktur, tetapi juga strategi mereka dalam meningkatkan industri dan investasi asing.

"Pada 2024, ekspor Vietnam diperkirakan mencapai 405 miliar dolar AS, sedangkan Indonesia hanya 270 miliar dolar AS, atau sekitar 50%lebih rendah," jelasnya kepada TheStanceID.

Perbedaan ini, kata Anthony, menunjukkan bahwa Vietnam berhasil mendongkrak produksi barang jadi yang bernilai tambah, sementara Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas seperti batu bara, sawit, dan nikel yang harganya fluktuatif.

Dia juga menyoroti daya tarik investasi Vietnam yang mengalahkan Indonesia karena kebijakan investasi mereka lebih terbuka dan memberikan perlindungan hukum bagi investor.

Sementara itu, di Indonesia, banyak ketidakpastian terhadap investor. Regulasi dianggap tidak menentu dan kepastian hukum lemah, sehingga investor enggan masuk.

"Misalnya impor, lebih menguntungkan untuk segelintir orang. Mereka mendapatkan dengan kebijakan-kebijakan bahwa impor itu harus ada kuota, dan impor itu mereka bagi-bagi, sehingga pembangunan industri tidak berjalan," ungkap Anthony.

Di sisi lain, lanjut dia, pengenaan pajak cenderung suka-suka di mana aparat pajak bertindak layaknya penguasa yang dengannya ada oknum-oknum yang memainkan celah untuk mengambil keuntungan sesaat.

Anthony berpandangan, salah satu keberhasilan Vietnam dalam pembangunan ekonominya disebabkan adanya keberpihakan pada masyarakat ekonomi ke bawah sehingga tercipta pemerataan ekonomi.

"Yang lebih memprihatinkan lagi yaitu meskipun ekonomi Vietnam tingkat perkapitanya sama, tapi tingkat kemiskinan di Vietnam jauh lebih rendah dari Indonesia... Artinya, pemerataan ekonomi itu sampai ke orang-orang yang paling bawah," jelasnya.

Masih Ada Kesempatan Mengejar

Indonesia masih memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalan, tapi harus melakukan berbagai reformasi kebijakan, terutama dalam pembangunan industri dan investasi.

Hilirisasi di sektor pangan dan energi yang diusung Presiden Prabowo Subianto memiliki potensi positif, tetapi perlu diimbangi dengan kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri serta memastikan perlindungan bagi investor.

"Insentif apapun tidak akan memberikan daya tarik kalau secara keseluruhan bahwa mereka [investor] mendapat kesempatan di tempat lain," ujar Anthony.

Selain itu, kebijakan tenaga kerja juga perlu dievaluasi. Salah satunya Undang-Undang Cipta Kerja, yang bertujuan menarik investasi dengan menekan upah buruh, tapi akhirnya malah menurunkan daya beli masyarakat menengah bawah.

Ketika daya beli masyarakat melemah, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pun tertekan, yang secara makro menjadi kurang menarik bagi investor asing.

"Jadi investasi itu tidak tergantung mengenai tenaga kerja murah, saya pernah membandingkan investasi asing di Korsel bahkan di Belanda di negara maju itu jauh lebih tinggi daripada kita," kata Anthony.

Jika Indonesia tidak segera mereformasi ekonomi yang lebih berorientasi pada kepastian bagi industri dan perlindungan investasi, maka bukan hanya Vietnam yang akan melewati Indonesia, tetapi juga negara-negara lain seperti Myanmar dan Laos.

Indonesia perlu memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diambil memberikan manfaat bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir pihak tertentu.

Simak analisis lengkap tentang "Kenapa Indonesia Bisa Kegocek Vietnam?" dari Board of Expert TheStanceID bidang Ekonomi Makro & Moneter Anthony Budiawan di Podcast 'Expert Talk' melalui kanal Youtube TheStanceID.

Di segmen Opini Anthony, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) tersebut akan berbagi perspektif yang membahas isu ekonomi dan moneter, dengan dipandu Host Sinar Putri.

Selamat menyaksikan! (est)


Untuk menikmati berita cepat dari seluruh dunia, ikuti kanal TheStanceID di Whatsapp dan Telegram.

\