Mengapa Burung Jadi Kambing Hitam di Desember Kelabu Penerbangan?
Maskapai terburu-buru melayani lonjakan penerbangan di akhir tahun, sehingga alpa menjaga aspek keselamatan.

Jakarta, TheStanceID – Kecelakaan menghiasi dunia penerbangan di penghujung tahun ini. Bird strike lebih disorot ketimbang faktor standar pelayanan keselamatan di tengah lonjakan jumlah penerbangan.
Kecelakaan paling nahas dialami pesawat Jeju Air yang mengangkut 181 orang, ketika jatuh saat mencoba mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024).
Seluruh penumpang dan awak kabin Jeju Air dinyatakan meninggal dunia. Hanya dua orang yang berhasil selamat dan keduanya merupakan pramugari yang duduk di kursi paling belakang.
Pesawat yang berangkat dari Bangkok, Thailand ke Korea Selatan itu membawa total 181 orang, yang terdiri atas 175 penumpang dan 6 awak kabin.
Sejauh ini, analis penerbangan hingga aparat Korsel masih menunggu penyelidikan kotak hitam pesawat untuk memastikan penyebab kecelakaan.
Namun, para pengamat dan pihak berwenang sejauh ini menduga kecelakaan Jeju Air terjadi imbas bird strike dan diperparah dengan cuaca buruk saat insiden terjadi.
"[Penyebab] diduga adalah tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk," ujar Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun dalam keterangan resminya, pada Minggu (29/12/2024).
Ahli Aviasi Memilih Skeptis
Para ahli penerbangan dunia pun mempertanyakan seberapa besar dampak tabrakan burung yang disebut menjadi penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
"Mengapa pesawat melaju begitu cepat? Mengapa sayapnya tidak terbuka? Mengapa roda pendaratan tidak turun?" kata Gregory Alegi, pakar penerbangan dan mantan pengajar di Akademi Angkatan Udara Italia, dikutip Reuters, Senin (30/12/2024).
Pakar keselamatan penerbangan Australia, Geoffrey Dell, mengakui bahwa bird strike bisa berdampak pada mesin jika sekawanan burung terhisap ke dalamnya. "Tapi itu tidak akan langsung mematikannya, memberi pilot waktu untuk bereaksi."
Senada, praktisi penerbangan nasional Chappy Hakim mengatakan tidak ada hubungan antara insiden serangan burung dengan roda pesawat yang diduga tak berfungsi.
"Sebagian besar pesawat masih dapat mendarat tanpa roda pendaratan dan ada prosedurnya. Namun kondisi ini lebih karena kegagalan teknis dan faktornya bisa saja karena kelainan pada pemeliharaan serta penyiapan pesawat," ujarnya.
Berdasarkan aturan penerbangan global, Korea Selatan akan memimpin penyelidikan sipil dan melibatkan Badan Keselamatan Transportasi Nasional di Amerika Serikat, tempat pesawat itu dibuat.
Ancaman Klasik Aviasi
Mengutip Skybrary, bird strike adalah tabrakan antara burung dan pesawat di udara. Biasanya kejadian tersebut terjadi saat pesawat akan lepas landas (take off) atau mendarat (landing).
Bird strike yang dapat berimbas pada struktur badan pesawat maupun pada mesin pesawat, khususnya pada bagian mesin jet pesawat. Bila burung tersedot mesin pesawat, mesin akan kehilangan daya dorong dan memicu kecelakaan fatal.
Berdasarkan data Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), bird strike sering kali terjadi di bandara yang berlokasi dekat habitat burung, seperti wilayah pesisir, rawa, atau kawasan yang memiliki padang rumput luas.
Risiko terbesar biasanya muncul selama fase lepas landas atau pendaratan, saat burung terbang rendah dan berada di jalur pesawat. Untuk itu, pihak harus melakukan tindakan pengendalian hewan liar termasuk burung di sekitar bandara.
Insiden bird strike paling terkenal adalah "Miracle on the Hudson" pada 2009. Kisah ini diangkat ke dalam film Sully, yang dibintangi Tom Hanks.
Saat itu, dua mesin pesawat Airbus A320 milik maskapai US Airways dengan nomor penerbangan US Airways Flight 1549 mati total setelah menabrak kawanan burung beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York.
Akibatnya, pilot terpaksa melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson. Beruntung, berkat tindakan cepat dan keahlian pilot, seluruh penumpang dan kru berhasil selamat tanpa korban jiwa.
Insiden Bird Strike di Indonesia
Di Indonesia, salah satu insiden bird strike menimpa pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-800 pada Rabu (18/5/2024). Namun saat itu pesawat berhasil mendarat kembali dengan selamat.
"Dalam hal ini saya sampaikan apresiasi pilot Lion Air [ketika itu] yang bisa mengendalikan pesawat setelah bird strike," kata Pengamat Penerbangan Alvin Lie.
Sejak tahun 1988, ada 262 kematian akibat bird strike di seluruh dunia, dengan 250 pesawat hancur, mengutip laporan CNN.
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) menjelaskan bird strike tidak hanya menjadi masalah serius bagi maskapai penerbangan komersial, tetapi juga mempengaruhi penerbangan umum.
Meskipun langkah-langkah mitigasi telah dilakukan secara global, bird strike tetap menjadi salah satu tantangan terbesar dalam industri penerbangan modern.
Kecelakaan Pesawat di Ujung 2024
Menurut catatan TheStanceID, setidaknya sudah ada lima kecelakaan pesawat di berbagai belahan dunia dalam sepekan terakhir Desember 2024 atau selama akhir tahun ini.
Britten-Norman BN-2B-26 Islander North Coast Aviation
Sebuah pesawat Britten-Norman BN-2B-26 Islander, yang dioperasikan oleh North Coast Aviation bertabrakan dengan daerah berhutan di Lembah Sapmanga, sekitar 32 mil laut di timur laut Nadzab, Papua Nugini, pada Minggu (22/12/2024).
Bangkai pesawat sewaan ini baru ditemukan keesokan harinya, di mana semua penumpangnya dinyatakan tewas, meliputi pilot tunggal dan empat penumpangnya.
Pesawat Azerbaijan Airlines
Pesawat Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan 8243 jatuh di dekat Aktau, Kazakhstan, pada Rabu (25/12/2024), menewaskan 38 dari 67 penumpangnya. Pesawat itu sedang dalam perjalanan dari Baku ke Grozny ketika dialihkan ke Aktau.
Penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan, tetapi Rusia telah meminta maaf atas insiden pesawat itu yang terkena tembakan tak sengaja dari sistem pertahanan udara Rusia di tengah serangan pesawat nirawak Ukraina.
Pesawat KLM Royal Dutch Airlines 1204
Pesawat Boeing 737-800 milik KLM Royal Dutch Airlines (KL) dengan kode penerbangan KL1204 tergelincir dari landasan pacu 18 di Bandara Oslo Torp Sandefjord, Norwegia, setelah pendaratan darurat pada 28 Desember 2024.
Pesawat Boeing 737 dengan registrasi PH-BXM berhasil mendarat di landasan pacu. Namun kehilangan kendali saat mendarat dan tergelincir ke hamparan rumput di samping landasan pacu.
Beruntung, sekitar 182 orang termasuk penumpang dan kru pesawat, seluruhnya dinyatakan selamat tanpa luka.
Pesawat Jeju Air
Pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan (Korsel), pada Minggu (29/12/2024), diduga karena telah menabrak burung sementara roda pesawat tak berfungsi saat pendaratan.
Akibatnya, gesekan aspal dan badan pesawat tak terhindarkan sehingga memicu percikan api dan ledakan. Pesawat lantas menabrak pagar Bandara Muan yang terbuat dari beton dengan kecepatan tinggi.
Tragedi ini menjadi paling banyak memakan korban karena 175 penumpang dan 4 kru dinyatakan tewas. Dua kru lainnya, yakni pramugari yang duduk di kursi paling belakang, dinyatakan selamat.
Pesawat Air Canada
Air Canada Express yang dioperasikan oleh PAL Airlines, Bombardier DHC-8-402Q mengalami kecelakaan dalam pendaratan di Bandara Internasional Halifax Stanfield pada Minggu (29/12/2024) pagi waktu setempat.
Dalam video yang beredar di media sosial, sayap Air Canada terbakar saat mendarat di Bandara Halifax. Juru Bicara Maskapai Air Canada Peter Fitzpatrick mengatakan pesawat mengalami masalah pada roda pendaratan di sisi kiri.
Beruntung, seluruh kru dan penumpang pesawat selamat, meskipun beberapa ada yang mengalami cedera ringan.
Mengapa Marak Akhir Tahun?
Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman melalui unggahan di akun X-nya, menyampaikan kekhawatirannya terkait meningkatnya jumlah korban jiwa dalam kecelakaan pesawat.
Ia mencatat bahwa data dari Aviation Safety Network menunjukkan jumlah korban jiwa akibat kecelakaan pesawat bulan ini mengalami lonjakan yang signifikan.
"Jumlah korban jiwa kecelakaan pesawat melonjak jauh bulan ini, dari di bawah 100 tahun ini, kini naik menjadi 303. Angka ini jauh di atas rata-rata lima tahun yang hanya 212," ujarnya.
Namun, Gerry menambahkan bahwa secara keseluruhan, tren kecelakaan pesawat menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Tingkat kecelakaan pesawat 2024 jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2018 dan 2014."
Sementara itu, Chappy Hakim menilai trafik penerbangan yang meningkat di akhir tahun, serta cuaca buruk menjadi salah satu faktor utama terjadinya kecelakaan pesawat.
"Trafik penerbangan meningkat drastis karena orang-orang berlibur Natal dan tahun baru. Itu diperparah cuaca buruk yang terjadi di akhir tahun," kata Chappy dikutip Media Indonesia, Minggu (29/12/2024).
Dia menambahkan trafik penerbangan yang meningkat memang kerap diikuti kenaikan jumlah kecelakaan. Hal itu terjadi karena maskapai terburu-buru dalam melayani lonjakan permintaan sehingga alpa dalam menjaga aspek keselamatan.
"Natal tahun lalu memang tidak ada kecelakaan karena dunia masih terpengaruh situasi pascacovid-19. Namun tahun ini situasinya memang betul-betul meningkat, baik di Amerika atau di semua tempat," jelasnya. (est)